JAKARTA (Arrahmah.com) – Hanya dalam waktu dua kurang dari dua pekan gerombolan Syiah dengan menggunakan tangan preman mabuk mengatasnamakan FBR membuat kekacauan di lingkungan masyarakat kaum Muslimin di Sentul, Bogor Jawa Barat.
Diwartakan sejumlah media, Dewan Keluarga Masjid (DKM) Assa’adah Sentul, Bogor, Sabtu malam (31/1/2015) memutuskan untuk membatalkan acara tabligh akbar kesesatan Syiah yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Hal tersebut dilakukan akibat adanya intimidasi sekelompok orang kepada pihak DKM.
“Persiapan tabligh akbar ‘Umat Islam bersatu menolak Syiah’ sudah dilakukan sejak 2 bulan lalu, spanduk pamplet undangan sudah kita buat dan disebarkan,” ujar Ustadz Anang salah satu DKM Assa’adah saat berbicara didepan jamaah masjid Al Falah Yasmin Bogor, Sabtu malam (31/1/2015),
Namun menjelang acara, datang sekelompok orang tak dikenal yang hendak menggagalkan acara tersebut. “Jumat malam (30/1/2015) sekitar pukul setengah 11 ada sekitar 50 orang yang mengaku dari Forum Betawi Rempug (FBR) mendatangi kita DKM Assa’adah. Kita terima mereka baik-baik untuk berdialog di masjid,” kata Ustadz Anang.
Paling aktual malam tadi, gerombolan Syiah lagi dengan menggunakan tangan FBR menyerbu jamaah Majlis Zikir Az Zikra di perumahan sekitar Masjid Az Zikra lantaran masyarakat menolak keberadaan Syiah di kampungnya.
Lantas siapa sebenarnya pimpinan FBR yang sering digunakan oleh Syiah untuk mengganggu ketertiban dan keamanan di wilayah kaum Muslimin, baik itu di masjidnya maupun di komplek perumahannya. Bahkan mereka pun bukan warga setempat dan datang dari tempat yang jauh dari Sentul. Mengapa pula aparat kemanan, polisi dalam hal ini tidak melakukan tindakan yang proporsional?
Menurut Kantor Berita ABNA, sebagaimana dikutip syiah.org yang tayang pada 3 Mei 2014, Luthfi Hakim, Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR) Jakarta dalam pertemuannya dengan Hujjatul (bukan) Islam DR. Barati pimpinan Lembaga Penelitian dan Pembelajaran Singkat Universitas Al Mustafa Qom di ruang kerjanya, Ahad (23/2) menyatakan suka citanya akan keberadaannya di Iran.
“Kami sangat berterimakasih atas undangan pihak Universitas, sehingga kami bisa berada di Iran, khususnya di kota Qom ini. Bisa mejalin silaturahmi dengan para ulama di sini dan melihat secara langsung aktivitas keilmuan para pelajar. Adalah kehormatan bagi kami, telah disambut sedemikian rupa, dan kami berharap dengan adanya silaturahmi seperti ini bisa mempererat ukhuwah Islamiyah antar umat Islam,” ucapnya.
Tokoh Betawi yang juga pengasuh Pondok Pesantren Ziyadatul Mubtadi-ien ini dalam lanjutan penyampaiannya mengatakan,
“Kedatangan saya di sini mengatasnamakan Forum Betawi Rempug, yang memiiki anggota kurang lebih lima ratus ribu orang. Suku Betawi adalah penduduk inti kota Jakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia. Yang alhamdulillah, sebuah kebanggaan bagi kami, semua masyarakat Betawi seratus persen adalah muslim, dan tidak seorangpun yang bukan muslim. Dan kultur dan tradisi keagamaan masyarakat Betawi sangat dekat dengan tradisi Syiah. Seperti kami juga mengadakan tahlilan, mauludan, tawassulan, Yasinan, dzikir berjamaah, ziarah kubur dan sebagainya, sehingga kami tidak memiliki alasan sedikitpun untuk phobia dengan ajaran Syiah,” kata Luthfi. (azmuttaqin/arrahmah.com)