KABUL (Arrahmah.id) — Pemerintahan Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) telah secara tajam mengurangi budi daya opium di Afghanistan. Tak kurang 80% produksi opium telah berkurang dibandingkan tahun lalu, menurut penelitian baru.
Dilansir Afghanistan Times (9/6/2023), pada April 2022, hampir setahun setelah menguasai Afghanistan, IIA melarang penanaman, produksi, dan perdagangan semua narkotika ilegal.
David Mansfield, seorang ahli perdagangan obat-obatan terlarang di Afghanistan, mengatakan bahwa IIA telah “melampaui harapan dan mengurangi penanaman opium ke tingkat yang belum pernah terlihat sejak tahun 2001”.
Sekitar 80 persen opium yang diproduksi di Afghanistan berasal dari provinsi selatan Helmand.
Mansfield mengatakan citra satelit tampaknya menunjukkan bahwa di Helmand “penanaman opium telah turun dari lebih dari 120.000 hektar pada tahun 2022 menjadi kurang dari 1.000 hektar pada tahun 2023.”
BBC melaporkan pada hari Selasa bahwa investigasi media menkonfirmasi adanya penurunan tajam dalam budi daya opium di seluruh Afghanistan tahun ini.
Menurut BBC, penurunan ini sebagai dampak dari kebijakan yang dikeluarkan pada April 2022 oleh pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada yang melarang penanaman bunga poppy yang menjadi bahan oium atau heroin. (hanoum/arrahmah.id)