MAKASSAR (Arrahmah.com) – Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di depan Kantor Gubernur Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Kamis, 27 November 2014 rusuh hingga berakhir tragis.
Seorang warga Pampang, Muhammad Arif (17 tahun) meninggal. Sementara anggota Polrestabes Makassar, Aiptu Rahmat Yusuf, juga luka robek di kepala.
Bentrokan yang berlangsung hingga malam tadi, tak hanya menelan korban jiwa dan luka. Dalam peristiwa tersebut, sedikitnya 4 unit sepeda motor dan 1 pos satpam dibakar.
Kejadian bermula Kamis (27/11/2014), aksi penolakan kenaikan harga BBM yang dilakukan puluhan demonstran awalnya berlangsung aman. Mereka mendatangi Kantor Gubernur berkisar pukul 14.00 Wita.
Demonstran awalnya tak diterima siapa-siapa. Setelah cukup lama berorasi, Kepala Satpol PP Pemprov Sulsel, Iqbal Suaib mendatangi mereka. Iqbal kemudian menerima semua keluhan demonstran.
“Mereka selalu merasa tidak puas dengan penjelasan saya. Saya sudah sampaikan jika keluhan yang pernah kami dapatkan sebelumnya telah disampaikan gubernur pada pertemuan dengan presiden beberapa waktu lalu. Tetapi mereka tidak percaya dan malah berteriak-teriak,” kisah Iqbal.
Tak lama berselang, demonstran mundur dan memanggil teman-temannya yang tadinya hanya menutup jalan di depan kampus UMI Makassar. Sejurus kemudian, terjadilah saling lempar antara demonstran dengan gabungan PNS, polisi, dan Satpol PP yang berjaga di dalam Kantor Gubernur.
Beberapa kali demonstran berhasil menyerang masuk kawasan pusat pemerintahan itu. Namun, mereka berhasil dipukul mundur karena polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Saling serang terjadi hampir sejam ketika itu. Tak lama, salah seorang polisi terkena batu di bagian kepala. Darah mengucur di bagian mata kiri.
Untung, yang bersangkutan cepat mendapat pertolongan dari petugas klinik kesehatan di Kantor Gubernur. Saling serang sempat mereda. Demonstran bahkan mampu ditahan hingga depan pintu II kampus UMI.
Berkisar pukul 16.00 Wita, bentrok kembali berlanjut. Kali ini, demonstran yang memulai duluan dengan melempari batu dan mengejek ke arah massa yang berada di depan Kantor Gubernur.
Di lokasi, beberapa orang dari kubu demonstran bukan pelajar. Mereka warga biasa yang ikut-ikutan bentrok. Saat terjadi saling serang, M Arif berada di barisan terdepan. Tiba-tiba, ia langsung terjatuh. Sebuah benda keras mengenai kepalanya di bagian belakang.
Arif terjatuh di aspal. Saat polisi memukul mundur demonstran yang menyerang, Arif yang lebih dahulu terjatuh sempat terinjak massa yang berhamburan.
Beberapa lama Arif jatuh tengkurap tak berdaya di aspal. Ia pun diangkat naik di mobil polisi oleh petugas keamanan.
Arif sebelumnya dilarikan masuk klinik kesehatan Kantor Gubernur Sulsel. Namun, karena lukanya sangat parah dan tidak bisa ditangani, korban dibawa ke RS Ibnu Sina menggunakan ambulans klinik.
Pengamatan FAJAR di RS Ibnu Sina, sebelum korban meninggal, satu-satunya luka di tubuh korban hanya di kepala bagian belakang yang bocor. Darah terus mengalir di luka tersebut bersamaan dengan darah dari hidung korban.
Petugas kesehatan di RS Ibnu Sina sempat ingin mengambil tindakan operasi bagi Arif. Beberapa tetangga korban sempat mengurus administrasi. Sayang, sebelum dilakukan tindakan operasi, Arif sudah dinyatakan meninggal dunia.
Terpisah, Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto menganggap bentrokan yang terjadi kemarin di luar dugaan semua pihak. Pasalnya, kondisi pascademo besar-besaran menentang kenaikan harga BBM sudah berangsur membaik. Bahkan tidak ada tanda-tanda akan terjadinya bentrokan.
Digilas water canon
Terkait, Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Fery Abraham mengatakan, pihaknya akan menjaga lokasi bentrok sampai situasi kembali kondusif. Untuk mencegah tindakan represif anggota Polri seperti sebelumnya, lanjut Fery, aparat Polri usai mengamankan mahasiswa dan warga di area kampus langsung berjaga di luar kampus sampai di gerbang.
Selain itu, Fery juga meluruskan informasi penyebab tewasnya Muhammad Arif di tengah kericuhan. Fery mengatakan, penyebab tewasnya Arif bukan karena digilas mobil Water Canon milik polisi. Dari informasi yang dihimpun kepolisian, Arif tewas karena diinjak massa dan terkena lemparan batu.
“Kita punya rekamannya. Dia lari bersama massa pada saat menghindari pengejaran polisi. Informasi yang dihimpun dari aparat dan masyarakat, ia terjatuh di aspal dan diinjak massa yang berhamburan,” ucap Fery, malam tadi.
Hal senada disampaikan Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Endi Sutendi. Endi Sutendi berharap mahasiswa dan masyarakat mampu memahami kondisi dan situasi sesuai fakta yang sebenarnya.
“Kita sangat prihatin dan sangat disayangkan karena ada warga yang meninggal,” sesal Endi, malam tadi. (azm/fajaronline/arrahmah.com)