Oleh Ustadz Felix Siauw
(Arrahmah.com) – Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?” Firaun menjawab: “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka.” (QS 7:127).
Sejarah memang berulang, dan begitulah Allah memberitahu kita di dalam Al-Qur’an agar memperhatikan sejarah, supaya minimal ada 3 sikap yang kita dapatkan dengan mengetahui sejarah.
- tidak kaget dengan kondisi pada zaman sekarang, dan bisa berkata pada diri sendiri “iya, wajar aja, dulu juga modusnya begitu kok”,
- menjadi jalan mencari solusi, karena sejarah pasti berulang, maka solusinya pun sama,
- meyakini bahwa pertolongan Allah itu benar adanya, dan akan berulang pada kejadian yang sama, maka tugas kita menjadikan diri kita layak ditolong Allah.
Sama seperti ayat yang saya tuliskan di atas, terjadi pula saat ini. Tuduhan-tuduhan senantiasa dialamatkan pada pengemban dakwah, tuduhan apapun, klaim apapun, walau sangat tidak masuk akal dan tidak relevan, ditujukan pada pengemban dakwah, salah satunya adalah bahwa dakwah ini akan “memecah belah” negeri atau “merusak negeri”.
Itulah yang dituduhkan Fir’aun dan pembesarnya pada Musa dan dakwahnya, itu pula yang dituduhkan Quraisy jahiliyah kepada Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wasallam) dan pengikutnya. Bahwa mereka membawa sesuatu yang baru yang berbeda dengan kebiasaan dan keyakinan lama, yang mengambil hati masyarakat, lalu dengan itu status quo menjadi khawatir bahwa ide-ide rusak mereka tak mampu bertahan, maka dilakukanlah upaya kekerasan dan propaganda negatif
Sejarah pasti berulang, maka ambillah pelajaran bila hari ini kita melihat segelintir manusia mengatasnamakan status quo, mengatasnamakan nenek moyang untuk melanjutkan ide-ide rusak dan membiarkan kedzaliman tumbuh subur atas nama “inilah yang diperbuat nenek moyang”, tradisi, kebijaksanaan lokal atau semacamnya. Padahal disaat yang sama, mereka merusak negeri dengan membiarkan kedzaliman nyata seperti minuman keras, prostitusi, riba, liberalisme, pluralisme, dan sebagainya.
Ambillah pelajaran bahwa pengemban dakwah yang membawa Islam, pasti dituduh yang bukan-bukan, dan sesungguhnya ancaman tindakan fisik dan propaganda negatif keji itu, hanya bagian kepanikan dan keputusasaan, kekalahan intelektual.
Setiap Rasul diturunkan dengan risalah, aturan Allah untuk memperbaiki ummat yang sudah rusak, yang sudah berpaling dari Allah Subhanallahu wata’ala. Maka hakikatnya Al-Qur’an dan As-Sunnah itu untuk memperbaiki dan memberikan kebaikan. Maka siapa saja yang terusik manakala Al-Qur’an dan As-Sunnah didakwahkan, maka pastilah dia bagian dari kerusakan itu. Karena bila dia tidak termasuk kerusakan itu, tidak ada baginya alasan untuk terusik, bahkan akan senang bila Al-Qur’an dan As-Sunnah didakwahkan.
Keep woles, adem, and dakwah
Akhukum @felixsiauw –smile emoticon-
(adibahasan/arrahmah.com)