ANKARA (Arrahmah.com) – Turki berharap Amerika Serikat akan kembali ke kesepakatan nuklir dengan Iran di bawah pemerintahan Presiden AS Joe Biden, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Jumat (29/1/2021).
Berbicara pada konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Iran Javad Zarif di Istanbul, Cavusoglu mengatakan Turki juga ingin melihat sanksi yang dijatuhkan pada Iran dicabut.
“Saya berharap dengan pemerintahan Biden, Amerika Serikat kembali ke perjanjian ini dan kerja sama dalam masalah (nuklir) dipulihkan,” kata Cavusoglu. “Dengan cara ini, Insya Allah sanksi dan embargo yang diberlakukan terhadap Iran persaudaraan dicabut.”
Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Berdasarkan kesepakatan itu, Teheran telah setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Setelah AS kemudian menaikkan sanksi, Iran secara bertahap dan secara publik meninggalkan batasan kesepakatan pada pengembangan nuklirnya. Televisi pemerintah Iran melaporkan Kamis (28/1) bahwa Iran telah melebihi 17 kilogram dari 20 persen pengayaan uranium dalam waktu satu bulan, memindahkan program nuklirnya lebih dekat ke tingkat pengayaan tingkat senjata.
Biden, yang menjadi wakil presiden ketika kesepakatan itu ditandatangani selama pemerintahan Obama, mengatakan dia berharap untuk mengembalikan AS ke kesepakatan itu.
“Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari tindakan komprehensif ini,” kata Zarif kepada wartawan, berbicara melalui seorang penerjemah. “Merupakan kewajiban Amerika Serikat untuk kembali ke perjanjian ini dan memenuhi kewajibannya.”
Dia menambahkan: “Saat Amerika Serikat memenuhi komitmennya, kami akan siap untuk memenuhi komitmen kami.”
Zarif berada di Turki sebagai bagian dari tur ke negara-negara di Kaukasus selatan yang bertujuan membangun dukungan untuk pembentukan platform regional yang akan mencakup Armenia, Azerbaijan, Georgia, Iran, Rusia, dan Turki, serta mendorong kerja sama antar negara.
Inisiatif itu muncul menyusul kesepakatan gencatan senjata pada November yang menghentikan konflik berminggu-minggu antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh.
“Gencatan senjata yang ada harus dibuat lebih tahan lama dan perdagangan serta kerjasama ekonomi harus diperkuat,” kata Zarif. (Althaf/arrahmah.com)