Governorat al-Jawf adalah salah satu daerah paling terpencil di Yaman, meskipun pertaniannya subur dan memiliki sejarah dan budaya khusus, tetapi pada saat yang sama merupakan salah satu daerah paling bermasalah di Yaman. Banyak orang takut untuk mengunjungi al-Jawf karena aturan suku di daerah tersebut dan keberadaan kelompok bersenjata yang melemahkan kehadiran pemerintah di sana.
Situs Asharq Al-Awsat mengutus orangnya dan mendatangi Al-Jawf, di mana gerakan Syiah Houthis memiliki kehadiran kuat. Gambaran bahaya dan kekerasan yang marak di daerah ini salah satunya serangan bom bunuh diri terhadap konvoy Syiah Houthis Yaman yang tengah berada dalam perjalanan menuju ritual keagamaan, menewaskan 17 orang dan melukai 15 lainnya.
Awalnya semua orang menuduh Mujahidin AQAP untuk serangan ini, dengan alasan mereka adalah satu-satunya organisasi yang memanfaatkan serangan seperti itu, ditambah dengan bom mobil, meskipun fakta bahwa Houthis merupakan satu-satunya kelompok yang tidak menuduh Al-Qaeda, melainkan menuduh agen intelijen AS dan Israel. Houthis mengulangi tuduhan tersebut setelah bom kedua yang berlangsung dua hari setelahnya di Dahyan, menewaskan 3 orang dan melukai banyak lainnya. Serangan bunuh diri ini menargetkan konvoy mobil yang berjalan dari Saada menuju Dahyan untuk menghadiri pemakaman pemimpin spiritual pemberontakHouthis, Badreddin al-Huthi yang tewas sehari sebelumnya di usia 86 tahun. Hampir semua pihak menuduh AQAP untuk dua serangan dalam satu minggu itu, kecuali Houthis sendiri, menurut sumber-sumber di Al-Jawf.
Pada hari serangan kedua, Asharq Al-Awsat menghadiri pemakaman putra Abdullah al-Azi, Yousef Abdan yang tewas dalam pemboman sebelumnya. Petinggi suku dan para sesepuh, tokoh politik dan bahkan beberapa anggota”salafi” mampir untuk memberikan penghormatan dan mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Yousef Abdan.
Namun tidak seperti pemakaman lain di mana ayat Qr’an dibacakan dan doa-doa dipanjatkan untuk orang yang meninggal, di tempat pemakaman yang disesaki pelayat dan jamaah, seorang “ulama” Houthis memberikan khotbah menggunakan mikrofon dan pengeras suara. siapa saja yang mendengar suara ulama muda ini mungkin mengira mereka sedang mendengar Abdul Malik al-Huthi, seperti itulah popularitasnya.
Khutbah kali ini tidak menyebutkan nama almarhum sama sekali atau memanjatkan doa-doa yang mengatakan ia beristirahat dalam damai, melainkan ini adalah khutbah yang murni politik dan mengulangi tuduhan yang sama yang dibuat dalam pernyataan yang dikeluarkan sebelumnya oleh Houthis, yaitu bahwa AS dan Israel berada di belakang serangan.
Namun juga harus disebutkan bahwa mayoritas dari mereka yang menghadiri pemakaman bukanlah Houthis, dan Asharq al-Awsat dapat mengonfirmasikan bahwa para pelayat berspekulasi Al-Qaeda-lah yang benar-benar di balik serangan ii. Salah satu pelayat mengatakan, “jika mereka menudu negara terlibat dalam apa yang terjadi, tuduhan ini mungkin dapat diterima (tapi bukan AS dan Israel).”
Mencoba menemukan kebenaran yang berada di balik serangan, Asharq Al-Awsat mempelajari dari sumber-sumber di Al-Jawf bahwa serangan ini tidak lebih dari serangan balas dendam oleh Al-Qaeda terhadap Houthis Syiah setelah pemberontak houthis menangkap dua anggota Al-Qaeda dan menyerahkannya kepada pemerintah.
Beberapa sumber mengungkapkan bahwa organisasi Al-Qaeda di al-Jawf mengeluarkan pernyataan sangat mengkritik Houthis yang telah menyerahkan anggotanya kepada pemerintah untuk disidangkan, dan mengatakan akan membalas dendam. Sebuah sumber keamanan di al-Jawf juga menginformasikan Asharq al-Awsat bahwa dua bom bunuh diri memiliki ciri serangan Al-Qaeda. Ia mengungkapkan ada perang rahasia antara Al-Qaeda dengan Houthis. Dia memberi contoh seperti pernyataan Al-Qaeda di atas juga sejumlah pernyataan Houthis yang selalu menuduh Al-Qaeda didukung AS. Para pejabat keamanan juga mengungkapkan bahwa Houthis seringkali menyerang anggota Al-Qaeda di masjid-masjid.
Dr. Abdullah al-Faqih, seorang profesor ilmu politik di Universitas Sanaa menginformasikan Asharq Al-Awsat bahwa ia juga berpendapat bahwa Al-Qaeda berada di balik dua serangan baru-baru ini. “Metode dan gaya pemboman adalah milik Al-Qaeda dan aku belum pernah mendengar suku Yaman membalas dendam dengan cara tersebut,” ungkapnya.
Adapun Houthis menuduh AS dan Israel bertanggungjawab untuk ini, Dr. al-Faqih mengatakan bahwa Houthis tidak ingin dilihat berjuang disisi yang sama dengan Amerika melawan Al-Qaeda. Ia juga mengatakan bahwa tidak dalam kepentingan Houthis saat ini untuk menuduh pemerintah bertanggungjawab atas serangan tersebut. “agar tidak mempengaruhi upaya perdamaian Qatar…. dan mereka juga takut konflik ini memberikan dimensi sektarian jika menuduh Al-Qaeda.”
Asharq Al-Awsat merasa sangat sulit mendapat jawaban yang jelas atas beberapa pertanyaan di Governorat al-Jawf, terutama siapa yang benar-benar berada di balik serangan ini? Ini adalah lingkungan kecil dengan populasi relatif rendah di mana semua orang mengenal yang lainnya, dan sehingga akan mudah mengetahui apakah pernah melihat orang yang tidak dikenal.
Para Houthis mengatakan mereka tidak tahu identitas penyerang seperti yang dilakukan pemerintah Yaman. Namun pejabat Yaman yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan bahwa Houthis mencegah otoritas Yaman menyelesaikan masalah ini dengan melakukan penyelidikan dan mereka tidak mengizinkan akses penyidik menuju lokasi serangan. Pernyataan ini diperkuat dengan mendapatkan bukti bahwa mobil yang digunakan dalam serangan awal tetap berada di benteng Houthis. (haninmazaya/arrahmah.com)