DENPASAR (Arrahmah.com) – Ketakutan yang sangat terhadap hal yang yang beraroma ISIS begitu menghinggapi aparat di negeri ini. Hingga dua pelajar SMA Negeri 1 Denpasar, Bali diamankan dan diperiksa Polda Bali karena bercanda menebar isu keberadaan ISIS di sekolahnya. Keduanya dikenal sebagai murid yang cerdas dengan tingkat intelijensia di atas rata-rata.
“Anak ini adalah anak yang pintar. Kesehariannya tidak pernah melakukan apapun atau tidak memiliki satu catatan pun tentang kegiatan yang di luar disiplin,” kata Kepala SMA Negeri 1 Denpasar, Nyoman Purnajaya di Denpasar, Kamis, lansir Antara
Menurut dia, dua siswa dengan inisial Putu Ayu TK (16) dan I Putu CM (16) itu juga dinilai memiliki tingkat intelijensia di atas 130.
Selain itu, keduanya dinilai memiliki tingkat emosional dan pengerjaan tugas di atas rata-rata.
Sebelumnya pada Rabu (27/1) selembar kertas bertuliskan “Kami ISIS sudah ada di Smansa siap memporakporandakan acara kalian. Kami tidak takut mati. Alahuakbar!” ditempelkan di salah satu papan pengumuman di dekat ruang guru.
Ancaman palsu yang ditulis menggunakan huruf arab dan latin itupun kini diteliti oleh kepolisian termasuk mengerahkan saksi hukum pidana termasuk mendatangkan tokoh agama dan forum kerukunan antarumat untuk mendiskusikan kasus tersebut.
Polisi kini masih mendalami motif tersebut. Meski demikian, aparat belum menetapkan status apapun terhadap keduanya.
Kepolisian Daerah Bali menyesalkan dua pelajar SMA Negeri 1 Denpasar yang menebar isu keberadaan jaringan ISIS yang ditempel di sekolah.
“Hal itu sangat sensitif dan meresahkan masyarakat,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali, Komisaris Besar Hery Wiyanto, di Denpasar, Kamis.
Saat ini kedua siswa dengan inisial Putu Ayu TK (16) dan I Putu CM (16) masih diperiksa di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Bali.
Dalam pemeriksaan itu, polisi juga mengerahkan ahli teknologi informasi dan lain-lain untuk membuktikan kebenerannya.
Menurut dia, Putu Ayu menulis informasi keberadaan ISIS itu sedangkan I Putu CM yang menempel satu lembar kertas bertuliskan ancaman dari ISIS itu di papan pengumuman dekat ruang guru.
Wiyanto menjelaskan, dari keterangan keduanya, ulah itu dilakukan hanya sebatas main-main semata.
Meski dinilai hanya main-main atau iseng, namun polisi belum menyimpulkan atas kasus tersebut sehingga belum tentu dilepaskan segera.
Polisi, saat ini belum menetapkan status apapun terhadap keduanya. Mereka hanya ditetapkan sebagai terperiksa.
Dia lebih lanjut menjelaskan, dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar tes psikologi kepada kedua siswa kelas tiga itu termasuk mendatangkan saksi ahli hukum pidana mengingat pelajar itu masih dibawah umur.
“Dalam waktu dekat kami akan undang Forum Kerukunan antarumat Beragama (FKUB) dan tokoh agama lain. Nanti akan kami lakukan upaya tes psikologi bagi yang bersangkutan,” katanya. (azm/arrahmah.com)