PROBOLINGGO (Arrahmah.com) – Secara empiris, berbicara persoalan terorisme dan radikalisme, Dewan Pakar ANNAS Pusat, H.M. Rizal Fadillah, S.H menegaskan, Syiah adalah biang-kerok dari gerakan terorisme dan radikalisme di Indonesia. Dia mengingatkan adanya aksi peledakan kompleks Seminari Al Kitab di Malang 1984 dan peledakkan Candi Borobudur 1985 yang sempat mengguncang dunia yang kedua aksi tersebut dilakukan oleh Syiah.
Selanjutnya, H.M. Rizal mengingatkan, 3 persoalan gerakan Syiah dari sisi teologis, politis, terorisme dan radikalisme sangatlah perlu diantisipasi. ANNAS hadir bersama pemerintah dan aparat untuk melawan kesesatan dan bahaya latennya Syiah demi membentengi aqidah ummat dan mempertahankan keutuhan NKRI
Dikatakannya saat orasi dalam Deklarasi dan Pengukuhan Pengurus ANNAS Wilayah Jawa Timur Kota Probolinggo, di Masjid Al Arif Jl. Mastrip Kota Probolinggo, Ahad, (28/2/2016), persoalan Syiah bukanlah persoalan sederhana, melainkan ia merupakan persoalan yang sangat mendasar.
Paling tidak, ada 3 hal yang mendasarinya di antaranya persolan teologis, politis, terorisme dan radikalisme. Hal ini disampaikan Pengurus Dewan Pakar ANNAS Pusat, H.M. Rizal Fadillah, S.H saat menyampaikan
Dari sisi teologis, menurut H.M. Rizal, Syiah adalah sesat dan menyesatkan serta membahayakan. Kita tahu, Syiah meragukan orsinilitas Al Qur’an, mengabaikan, mengesampingkan bahkan menghinakan hadits-hadits karena dia punya landasan hadits yang lain. Dari sisi teologis yang lain pun sangat berbeda, baik syahadat, rukun iman maupun rukun Islamnya pun sangat berbeda.
Dari perbedaan ini, menurutnya, perbedaannya fundamental bukan furuiyah, sesat dan tidak sesat, Islam dan bukan Islam. Konklusinya, Syiah adalah bukan Islam, tegasnya.
Selanjutnya, H.M Rizal menyatakan, persoalan Syiah itu bukan hanya teologis saja yang kemudian mereka klaim bagian dari mahdzab, tapi dia adalah politis yang lahir dari rahim politik dan sedang bergerak di bidang politik. Kita tahu konteks politik adalah bagaimana merebut kekuasaan. Maka ketika Syiah bergerak dalam garis politik targetnya adalah merebut kekuasaan. (azmuttaqin/arrahmah.com)