LONDON (Arrahmah.com) – Dewan Muslim Inggris mendesak Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk melakukan penyelidikan atas pernyataan anggota dewan Boris Johnson tentang pakaian Muslimah dengan serius dan terbuka, New Arab melansir pada Senin (13/8/2018).
Boris Johnson, yang juga antan Menteri Luar Negeri, memicu kemarahan awal bulan ini setelah ia menggambarkan wanita Muslim mengenakan burka “tampak seperti kotak surat berjalan dan perampok bank”.
Dia saat ini sedang diselidiki untuk dugaan Islamofobia, meskipun demikian badan Muslim terbesar di Inggris ini takut bahwa dia dapat lolos dengan komentar ofensifnya.
“Kami berharap bahwa partai itu tidak akan mengizinkan pencucian dari penyelidikan khusus yang sedang dalam proses ini. Tidak seorang pun boleh dibiarkan melecehkan minoritas dengan impunitas,” kata surat yang dilayangkan oleh Dewan Muslim Inggris.
Johnson, yang mengundurkan diri pada bulan Juli atas rencana Brexit Inggris, telah dicap sebagai “toko pound Donald Trump” atas komentarnya terhadap pakaian religius.
Pernyataan itu dibuat dalam kolom mingguannya untuk Daily Telegraph, di mana dia mengatakan bahwa dirinya menentang larangan niqab, tetapi membuat serangkaian komentar meremehkan tentang penutup wajah, yang dikenakan oleh sejumlah wanita Muslim.
“Jika anda memberitahuku bahwa burka itu menindas, maka saya bersama anda,” tulisnya.
“Jika anda mengatakan bahwa itu aneh dan menilai bahwa memerintahkan wanita untuk menutupi wajah mereka sebagai penindasan, maka saya setuju sepenuhnya – dan saya akan menambahkan bahwa saya tidak dapat menemukan otoritas tekstual untuk praktek ini dalam Al Quran.”
Dia kemudian mengklaim, “Benar-benar konyol bahwa orang harus memilih untuk berkeliling seperti kotak surat.”
“Setiap siswa perempuan yang datang ke sekolah dengan berpenampilan seperti seorang perampok bank harus diminta untuk membuka penutup wajah mereka,” dia kemudian menambahkan.
Boris Johnson telah dikaitkan dengan aktivis Amerika sayap kanan Steve Bannon, yang beberapa orang percaya bisa berada di belakang pernyataan mantan menteri luar negeri tentang niqab tersebut. (Althaf/arrahmah.com)