New York (Arrahmah.com) – Dewan Keamanan PBB akan melakukan pertemuan dua kali pada Senin (9/4/2018) terkait permintaan dari Rusia dan Amerika Serikat setelah terjadinya serangan kimia mematikan di Suriah dan adanya peringatan oleh Presiden AS Donald Trump bahwa akan ada “harga yang besar untuk dibayar”, sebagaimana dilansir MEE.
Rusia menyerukan agar digelar pertemuan dewan beranggotakan 15 negara mengenai “ancaman internasional terhadap perdamaian dan keamanan,” meskipun topik diskusi yang tepat belum jelas, kata para diplomat pada Ahad (8/4).
Tidak berapa lama kemudian Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Swedia, Polandia, Belanda, Kuwait, Peru dan Pantai Gading menyerukan pertemuan untuk membahas serangan senjata kimia di Suriah.
“Dewan Keamanan harus bersatu dan menuntut akses segera mungkin untuk menjadi responden pertama, mendukung penyelidikan independen terhadap apa yang terjadi di Suriah dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas tindakan kejam ini,” kata Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, dalam sebuah pernyataan pada Ahad (8/4).
Haley telah memperingatkan bulan lalu bahwa jika Dewan Keamanan PBB gagal untuk bertindak atas Suriah, Washington “tetap siap untuk bertindak jika kita memang diperlukan,” seperti yang terjadi tahun lalu ketika Amerika Serikat mengebom pangkalan udara pemerintah Suriah atas serangan senjata kimia mematikan yang mereka lancarkan.
Presiden dewan April, Peru, awalnya menjadwalkan pertemuan untuk membahas tentang serangan kimia pada Senin pagi dan pertemuan tentang permintaan Rusia pada Senin sore. Namun, para diplomat mengatakan bahwa Rusia bersikeras agar pertemuannya diadakan lebih dulu karena permintaannya dibuat terlebih dahulu.
Trump mengatakan pada Ahad (8/4) bahwa akan ada “harga yang besar untuk dibayar” setelah kelompok bantuan medis melaporkan bahwa puluhan orang tewas karena gas beracun di sebuah kota yang dikuasai oleh pejuang Suriah. Rezim Suriah membantah pasukannya telah melancarkan serangan semacam itu dan Rusia, sekutu paling kuat rezim Bashar Asad mengkalim bahwa laporan itu palsu, meskipun berbagai fakta di lapangan dipublikasikan.
Pernyataan yang dibuat oleh organisasi bantuan medis Syria American Medical Society (SAMS) dan layanan pertahanan sipil, yang beroperasi di daerah yang dikuasai para pejuang, mengatakan sebanyak 49 orang tewas dalam serangan Sabtu (7/4) malam di kota Douma, sementara laporan lain menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 80 orang.
Para pejabat AS dan lainnya mengatakan mereka bekerja pada hari Ahad (8/4) untuk memverifikasi rincian serangan itu. (Rafa/arrahmah.com)