ACEH BARAT DAYA (Arrahmah.com) – Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Aceh Barat Daya (Abdya) melaksanakan Workshop Pemikiran Islam dan Ghazwul Fikri di Aula Arena Motel Blangpidie Selasa (17/6/2014). Workshop tersebut merupakan kegiatan Dewan Da’wah Abdya untuk membendung dan melawan arus pemikiran yang membahayakan ummat Islam. Kegiatan yang menghadirkan Dr. H. Adian Husaini, MA, Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor dan Anggota Badan Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia sebagai pembicara tunggal dalam kegiatan tersebut.
Ketua Umum Dewan Da’wah Abdya Iin Supardi,S.S, M.E.I menyampaikan bahwa workshop dengan tema “Strategi Membangun Peradaban Islam dan Menjawab Pemikiran Kontemporer” tersebut diikuti oeh unsur dari pemerintah, politisi, ulama, dosen, mahasiswa, pengurus ormas, pimpinan pesantren, guru dan pengurus Dewan Da’wah sebagai peserta aktif.
Workshop ini bertujuan untuk membentuk pemikiran umat Islam yang memiliki semangat untuk membangun peradaban Islam yang kokoh di Aceh Barat Daya serta terbentengi dari Ghazwul Fikri”, ungkap Iin Supardi dalam sambutan dan laporannya.
Workshop ini dibuka oleh Sekda Abdya Drs. Ramli Bahar pada Senin malam di Masjid Baiturrahim Pante Perak, Susoh. Beliau mengharapkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan lembaga da’wah untuk memaksimalkan da’wah di Abdya. Dalam acara pembukaan tersebut, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Ust. Muchlis Muhdi, MA menyampaikan ceramah Islam tentang Pemetaan Da’wah Islamiyah dan Upaya Mempersatu Ummat di Aceh Barat Daya. Kegiatan yang berlangsung sampai hari selasa pukul 16.00 WIB tersebut dirangkai dengan penyampaian materi tentang Konsep Adab dan Peradaban dalam Islam, Sejarah Peradaban Islam Aceh, Indonesia dan Dunia, Infiltrasi Sekulerisme dalam Kurikulum 2013 serta Pemikiran Islam Kontemporer. Materi ini memberikan pencerahan yang cukup penting dan bermanfaat bagi peserta.
Narasumber tunggal, Dr. H. Adian Husaini, MA menyampaikan pentingnya mengetahui tentang sejarah peradaban Islam sehingga akan lahir kembali peradaban Islam di masa depan. Beliau mengkritisi tentang penetapan dan peringatan Hari Kartini, karena secara adab seharusnya masih banyak tokoh wanita besar lainnya yang jauh lebih hebat, seperti Cut Nyak Dhien dan Laksamana Malahayati sebagai Laksamana Perempuan terhebat, yang pernah ada di Indonesia yang juga perlu diperingati dan diingat perannya.
Dr. Adian berharap Aceh bisa menjadi kiblat kebangkitan peradaban Islam tanah air, dikarenakan faktor sejarah Islam pernah jaya di Aceh dan keistimewaan Aceh untuk membangun peradaban yang berbeda dengan Indonesia secara umum. MoU Perdamaian dan UUPA yang ada bisa dijadikan modal penting untuk membangun kembali Peradaban Islam di Aceh, terutama pendidikan sebagai syarat awal membangun kapasitas manusia.(azm/arrahmah.com)