JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Ustadz Syuhada Bahri, menyerukan kepada segenap stakeholder DKI Jakarta dan Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), agar jangan mengabaikan faktor spiritual dalam menanggulangi bencana banjir.
”Kita bisa saja merekayasa awan, tapi mana bisa melawan rekayasa Allah Subhanahu wa ta’ala,” kata Ustadz Syuhada di Kantor Dewan Dakwah, Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Senin (27/1/2014).
Menurut Undang-Undang Sumber Daya Alam No 7/2004 dan Carter 1991, Bangsa Indonesia diintai tak kurang dari 18 jenis bencana alam.
Dari 18 potensi bencana itu, menurut Direktur Pengurangan Resiko Bencana BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Sutopo Purwo Nugroho, ada 13 jenis bencana yang selalu akan menerjang.
Namun, Ustadz Syuhada menyayangkan, dari semua konsep, definisi, maupun pengertian bencana yang dikemukakan lembaga nasional maupun internasional, ternyata tak satupun yang memasukkan faktor atau aspek spiritual, yakni Qudrat dan Iradat Allah Subhanahu wa ta’ala serta pengaruhnya terhadap perilaku manusia.
Seperti arogansi dan sesumbar beberapa manusia dalam pertemuan para pejabat di Bendungan Katulampa Bogor beberapa waktu lalu, dimana faktor spiritual tidak dibahas sama sekali. Ustadz Syuhada menyayangkan bencana banjir seolah akan dapat dibereskan dengan penertiban permukiman, pembenahan aliran sungai, dan bendungan.
Padahal, seperti dikemukakan misalnya oleh Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i dalam Idhohul Maqol fi Asbabi Zilzal war Roddu ‘ala Malahidah Dzulal, bencana alam tidak lepas dari takdir atau ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ustadz Syuhada menuturkan, bencana disebabkan kemaksiatan manusia terhadap sunatullah (alam) dan kemaksiatan dalam berhubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
”Jadi, kalau ada bencana banjir, jangan menyalahkan curah hujan atau limpasan air laut (rob),” tandasnya .(azm/arrahmah.com)