PAMEKASAN (Arrahmah.com) – Dakwah Islam hendaknya disampaikan secara bijak dan tidak menghakimi, agar wajah Islam tampil dengan simpatik, demikian yang diungklapkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Amlir Syaifa Yasin.
“Inilah yang menjadi metode Dewan Dakwah dalam menyebarkan syiar Islam,” kata Amlir Syaifa Yasin seusai menghadiri pelantikan Dewan Dakwah Cabang Pamekasan periode 2011-2014 di pendopo Ronggosukowati Pemkab Pamekasan, Sabtu (4/6/2011).
Amlir Syaifa berpendapat bahwa stigma Islam identik dengan kekerasan dan terorisme sebenarnya merupakan dampak dari metode dakwah yang kurang bijaksana. Oleh sebab itu dalam menjalankan misi dakwah, pengurus Dewan Dakwah di berbagai tingkatan, baik di pusat, provinsi maupun kabupaten, hendaknya berpegang pada metode dakwah yang santun.
“Kepentingan kita di Dewan Dakwah ini sebenarnya adalah bagaimana menjadikan umat terbaik di muka bumi ini atau `khairo ummah. Untuk mencapai tujuan `khairo ummah`, maka cara-cara yang perlu dilakukan juga dengan cara terbaik, semisal dengan tidak membuat masyarakat resah, peledakan bom atas nama agama ataupun dengan cara-cara lain di luar batas kesantunan” jelas Amlir.
Sistem indoktrinasi atau cuci otak yang dilakukan oleh sebagian kelompok Islam selama ini, menurut Amlir Syaifa Yasin, itu adalah sistem yang keliru dalam metode dakwa Islam. Ia menjelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam Islam. Islam itu agama yang egaliter.
Sementara terkait dengan usulan sebagian kelompok agar memasukkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan, Amlir berpendapat substansi nilai-nilai Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan Islam.
“Tapi tentunya perlu metode baru, sehingga nilai-nilai lebih membumi dan terlaksana di masyarakat, itu yang terpenting,” katanya menambahkan.
Amlir juga menyampaikan hasil pertemuan jajaran pengurus pusat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meminta organisasi tersebut membantu pemerintah, meluruskan pemahaman agama, khususnya Islam, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai hakiki ajaran agama.
Sayangnya Amlir tidak membahas bahwa terkadang stigma negatif yang terbentuk di masyarakat tentang Islam, bisa juga merupakan efek dari peran media dan pemerintah sendiri yang mendeskreditkan umat Islam yang memegang pemahaman Islam secara kaffah dengan sebutan-sebutan fundamentalis, ekstrimis bahkan teroris. Wallohua’lam. (ans/rasularasy/arrahmah.com)