TASHKENT (Arrahmah.com) – Seorang imam Uzbekistan telah dipecat setelah mendesak Presiden Shavkat Mirziyoyev untuk mencabut larangan terhadap simbol-simbol keagamaan seperti hijab dan janggut.
Mirziyoyev, yang berkuasa pada tahun 2016, telah melonggarkan pembatasan kebebasan beragama sebagai bagian dari kampanye reformasi ekonomi dan politik liberal di bekas republik Soviet berpenduduk 32 juta tersebut.
Namun pemerintahnya tidak lagi mencabut larangan lama atas pakaian dan atribut keagamaan, dan secara khusus melarang siswa perempuan mengenakan hijab di sekolah dengan keputusan yang dikeluarkan bulan lalu.
Langkah itu memicu kritik di jejaring sosial yang dipimpin oleh Fazliddin Parpiyev, imam masjid Omina di Tashkent. Dia mempublikasikan video yang ditujukan pada Mirziyoyev melalui Facebook minggu lalu, sebuah langkah yang tidak biasa dilakukan oleh seorang ulama Uzbek.
Parpiyev (32) mengatakan dalam video bahwa meskipun reformasi baru-baru ini, Muslim masih tertindas atas masalah hijab dan jenggot dan meminta bantuan Mirziyoyev “dalam mempertahankan kebebasan hati nurani”.
Pada Minggu (9/9/2018), Parpiyev menulis di halaman Facebook-nya dia telah diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Muslim Uzbekistan, yang dekat dengan pemerintah, dan bahwa beberapa rekan ulamanya telah mendesak ia untuk mencabut pernyataan sebelumnya.
“Saya tidak menyesali apa yang saya katakan melalui video tersebut,” tulisnya. “Namun, smartphone saya telah diambil oleh ayah saya yang memberi saya karena ia takut berada di bawah tekanan.”
Sementara itu, Dewan Muslim tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar pada Senin (10/9). (Althaf/arrahmah.com)