TEHERAN (Arrahmah.id) — Keponakan pemimpin tertinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei, Farideh Moradkhani, ditangkap pihak berwajib setelah meminta pemerintah asing memutus semua hubungan dengan Pemerintah Iran.
Dilansir The Guardian (28/11/2022), Farideh Moradkhani ditangkap pada Rabu (23/11) ketika dia pergi ke kantor kejaksaan untuk memenuhi perintah pengadilan, menurut twit dari saudara laki-lakinya Mahmoud Moradkhani.
Melalui video yang dibagikan Mahmoud Moradkhani, Farideh Moradkhani meminta orang-orang di seluruh dunia untuk mendesak pemerintah mereka memutuskan hubungan dengan rezim Iran di tengah protes yang melanda negara itu.
Dia juga meminta pemerintah asing untuk menghentikan segala urusan dengan rezim Iran saat ini.
“Oh, orang-orang bebas, bersama kami dan beri tahu pemerintah Anda untuk berhenti mendukung rezim pembunuh dan pembunuh anak ini,” kata Farideh Moradkhani.
“Rezim ini tidak setia pada prinsip agama mana pun dan tidak mengenal hukum atau aturan apa pun kecuali paksaan dan mempertahankan kekuasaannya dengan cara apa pun yang memungkinkan,” sambung Farideh Moradkhani.
Dia menambahkan, rakyat Iran patut dicontoh karena bermodalkan tangan kosong dan keberanian melawan kekuatan jahat.
“Pada saat ini, rakyat Iran memikul beban tanggung jawab yang berat ini sendirian dengan membayar dengan nyawa mereka,” ucap Farideh Moradkhani.
Farideh Moradkhani berujar, rakyat Iran sedang berperang dengan pemerintah asing yang mendukung rezim Iran. Dia turut meminta negara-negara demokratis untuk menarik perwakilan mereka dari Iran dan mengusir perwakilan Iran dari negara mereka sendiri.
“Yang sangat dibutuhkan adalah tidak mendukung rezim yang membunuh ribuan orang Iran selama empat hari pada November 2019 sementara dunia hanya menonton,” tambahnya.
Farideh Moradkhani dan Mahmoud Moradkhani adalah anak dari Ali Tehrani, seorang pendeta Syiah sekaligus tokoh oposisi lama yang menikah dengan saudara perempuan Ayatollah Ali Khamenei, Badri Hosseini Khamenei.
Tehrani meninggal bulan lalu. Farideh Moradkhani sebelumnya sudah pernah ditangkap pada 13 Januari saat dalam perjalanan pulang.
Setelah ditangkap, pasukan keamanan Iran dilaporkan menggeledah rumah Farideh Moradkhani dan menyita beberapa barangnya, menurut sejumlah organisasi hak asasi manusia.
Gerakan protes Iran yang sedang berlangsung awalnya dipicu oleh kematian Mahsa Amini (22) dalam tahanan polisi moral Iran pada September.
Setelah itu, gelombang protes menjalar dengan cepat dan tersebar lebih dari 150 kota dan 140 universitas di 31 provinsi di Iran, menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Kepala Volker Turk.
Turk menuturkan, lebih dari 14.000 orang, termasuk anak-anak, telah ditangkap sehubungan dengan protes tersebut. Dia mengatakan bahwa setidaknya 21 dari mereka saat ini menghadapi hukuman mati dan enam telah menerima hukuman mati. (hanoum/arrahmah.id)