PALU (Arrahmah.com) – Desa Tompe merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Sirenja, Donggala, Sulawesi Tengah.
Akhir September lalu, desa ini menjadi salah satu wilayah yang terdampak gempa. Tak kurang dari 60 rumah rusak. Walau tak sampai dihantam tsunami, sebagian wilayah desa yang posisinya tak jauh dari Lende Tovea sebagai pusat gempa ini, terendam air laut.
Warga tak lagi mendiami tempat tinggalnya akibat banjir rob yang kini rutin merendam tepi pantai barat Tompe.
Pascagempa bermagnitudo 7,4, warga tepi pantai barat Tompe mengungsi ke arah perbukitan yang berada di timur desa itu.
Mereka mendirikan tenda berbahan terpal biru.
“Sejak gempa sore itu (28/9), warga di sini mengungsi ke atas bukit,” ungkap Sahir, salah satu warga Desa Tompe, Sabtu (27/10), lansir ACT.
Sahir mengungkapkan, air laut memang kerap memasuki pemukiman warga sejak dahulu, utamanya jika air sedang pasang. Namun, air tersebut tidak sampai masuk ke dalam rumah.
Warga yang juga menjadi relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Posko Wilayah Sirenja ini menjelaskan, kini air laut sampai memasuki rumah setiap pagi dan sore ketika pasang.
Genangan air pun sekarang dapat dilihat di banyak titik di Desa Tompe dan desa lain yang berbatasan langsung dengan bibir pantai.
“Rumah kami sudah rusak karena gempa, dan sekarang rutin terendam banjir rob,” tambah Sahir.
Melihat kondisi tersebut, ACT melalui Posko Wilayah Sirenja mengirimkan bantuan logistik ke pengungsi Desa Tompe. Ratusan kilogram beras, air mineral, popok bayi, dan pembalut untuk perempuan diberikan.
Bantuan ke Tompe ini merupakan pengiriman logistik yang kedua kalinya. Sebelumnya, Rabu (17/10), bantuan pertama dikirimkan.
“Total sudah sekitar dua ton logistik yang dikirimkan ke Tompe dan desa lainnya,” kata Koordinator Posko Wilayah Sirenja Lukman Solehuddin, Sabtu (27/10).
(ameera/arrahmah.com)