KAIRO (Arrahmah.com) – Polisi Mesir menembakkan gas air mata pada hari Sabtu (11/4/2020) saat membubarkan kerumunan orang yang berkumpul di sebuah desa dekat Delta Nil untuk mencegah penguburan seorang dokter yang meninggal karena coronavirus, menurut surat kabar lokal dan rekaman di media sosial.
Kementerian dalam negeri mengatakan 23 orang ditangkap, dan jaksa penuntut umum mengatakan kantornya akan menyelidiki insiden itu.
Rekaman yang diposting secara online menunjukkan puluhan orang berkumpul di depan sebuah ambulans menghentikannya memasuki tanah pemakaman desa karena kekhawatiran bahwa mayat tersebut dapat menyebarkan virus. Mereka bubar ketika polisi menembakkan tabung gas air mata.
Dar al-Ifta Mesir, otoritas pusat yang bertanggung jawab mengeluarkan fatwa, mengatakan pada hari Sabtu (11/4) bahwa semua orang yang meninggal karena virus corona harus diperlakukan semestinya sesuai dengan Syariat Islam.
Mayat mereka yang terbunuh oleh COVID-19 dimandikan dengan hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantong mayat tertutup agar tidak menularkan infeksi, seorang juru bicara kementerian kesehatan, Khaled Megahed, mengatakan kepada MBC Masr.
Mesir pada hari Sabtu (11/4) mendaftarkan 145 kasus baru coronavirus, sehingga totalnya menjadi 1.939 kasus termasuk 146 kematian.
Asosiasi dokter mengatakan sebelumnya bahwa hingga saat ini 43 dokter telah terjangkit penyakit ini dan tiga meninggal.
Negara terpadat di dunia Arab ini telah memberlakukan jam malam, melarang pertemuan publik besar-besaran, dan menutup sekolah dan universitas dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus.
Sementara pemerintah telah menempatkan beberapa desa dalam penguncian setelah kasus-kasus virus corona terdeteksi, ia mengatakan tidak akan mungkin untuk melakukannya di daerah metropolitan. (Althaf/arrahmah.com)