GAZA (Arrahmah.id) – Lebih dari 10.000 tenda di kamp Al-Mawasi di Gaza tertiup angin kencang dan hujan pada malam hari pada Ahad (25/11/2024), memaksa warga sipil yang mengungsi untuk pindah ke daerah yang jauh dari pantai dalam kondisi yang sangat sulit dan keras, kantor berita WAFA melaporkan.
The National mewawancarai sejumlah orang yang terkena dampak banjir dan hujan di zona aman di pesisir Gaza.
“Laut menyeret anak-anak, tetapi kami berhasil menyelamatkan mereka,” kata Khaled Idris, seorang pengungsi Palestina di Mawasi. “Apa yang terjadi pada kami kemarin adalah bencana kemanusiaan.”
“Saya dan keluarga mendirikan tenda di sepanjang pantai Khan Yunis,” jelas Sobhi Shaheen, seorang pengungsi Gaza.
“Namun, banjir terjadi dua kali tahun ini – pertama 10 hari lalu dan hari ini. Kami pindah ke tenda bersama keluarga saudara perempuan saya di Al-Mawasi, tetapi situasi di sana juga buruk. Air telah mengubah pasir menjadi lumpur, sehingga mustahil untuk bergerak, dan udara dingin yang menusuk tak tertahankan.”
The National menambahkan bahwa banyak keluarga pengungsi mengandalkan bahan-bahan sisa untuk tempat tinggal, karena harga tenda dan lembaran plastik yang digunakan untuk membuatnya telah melonjak.
Mohammed Mushtaha, yang mengungsi dua kali, pertama dari Shujaiya di Kota Gaza dan kemudian dari Rafah, menjelaskan, “Tenda kami kebanjiran, dan ombak menyapu semuanya. Banyak orang kehilangan tenda mereka. Kami mengungsi karena takut tenggelam. Situasinya tragis, terutama bagi anak-anak, wanita, dan orang tua.”
“Hidup kami begitu sulit, dan memikirkannya sungguh menghancurkan,” imbuhnya. “Sungguh tak tertahankan ketika anak Anda berkata, ‘Ayah, aku kedinginan,’ dan Anda tidak bisa berbuat apa-apa, atau ketika ia berkata, ‘Aku lapar,’ dan Anda tidak bisa memberinya makan.”
Heavy rain has flooded the tents of displaced Palestinians in Khan Younis, Gaza.
Gaza’s Government Media Office says about 10,000 tents either washed away or were damaged due to the storm. pic.twitter.com/cIgBdhIf1J
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) November 25, 2024
Bashar Murad, Direktur Rumah Sakit Al-Quds, mengatakan kepada WAFA bahwa 40 persen anak-anak di selatan Gaza kekurangan gizi. Ia mengatakan bahwa otoritas pendudukan ‘Israel’ menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan.
“Di Gaza, diperkirakan 1,9 juta orang [sembilan dari 10] mengungsi, mayoritas tinggal di tenda-tenda darurat karena tidak mampu menahan angin badai,” kata Jonathan Crickx dari Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) kepada The National.
Penyebaran penyakit juga menjadi masalah besar, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan.
“Cuaca musim dingin yang keras diperparah oleh hujan lebat dan naiknya permukaan air laut, yang menyebabkan penumpukan limbah dan penyakit,” kata UNRWA di X.
Dr Murad memperingatkan bahwa warga sipil yang mengungsi menderita berbagai penyakit pernapasan, terutama para lansia dan anak-anak, karena kurangnya pakaian hangat, alat pemanas, dan selimut saat suhu musim dingin mulai dingin.
Awal pekan ini, perwakilan tetap Mesir untuk PBB, Duta Besar Osama Abdel Khalek, memperingatkan bahwa ‘Israel’ berusaha membuat Gaza tidak dapat dihuni dan secara paksa mengusir warga Palestina dari tanah leluhur mereka. (zarahamala/arrahmah.id)