KAUKAKUS (Arrahmah.com) – Kaukakus Utara adalah sebuah “pusat luar negeri” bagi Rusia, zona kekerasan dan keadaan darurat yang berbatasan dengan Eropa, ujar sebuah artikel dalam harian Jerman, Der Tagesspiegel yang berjudul “Kaukakus Utara adalah Lingkaran Setan”.
“Suku Rusia kebanyakan meninggalkan wilayah tersebut. Sebuah migrasi Kaukasia ke daerah-daerah Rusia menyebabkan pertumbuhan yang stabil dari xenophobia di kalangan penduduk Rusia.
Kaukakus Utara, dihuni oleh puluhan kelompok etnis berbeda, membentu pos Islam di Eropa selatan bagian rusia dan zona dekolonisasi tidak lengkap.
Slogan Islam diserukan untuk melawan kolonial di sini.
“Muslim Kaukasia dalam keadaan perang melawan pasukan pendudukan Rusia,” ujar Dokka Umarov dalam rekaman videonya.
“Sebuah peradaban meningkat antara Rusia dan Kaukakus. Rusia semakin melihat Kaukakus sebagai benda asing dalam federasi Rusia,” ujar harian itu.
Penulis artikel tersebut juga mencatat bahwa “wilayah itu adalah wilayah kekerasan terbuka di perbatasan Eropa” dan mengingatkan bahwa Dewan Eropa menyebut pada tahun 2010 Kaukakus Utara adalah daerah yang diperhatikan dalam zona pengaruhnya.
Pengamat menjelaskan meningkatnya kekerasan di Kaukakus Utara disebabkan beberapa faktor :
Di satu sisi, kekerasan disebabkan oleh “militan” Islam, yang sebagian mengalami pengaruh dari luar,tapi kebanyakan adalah produk lokal bermasalah. Di sisi lain, kekerasan ilegal dari lembaga penegak hukum Rusia yang menganiaya keluarga pemberontah dan membakar rumah mereka.
Di sini, masih menurut pengamat, mereka menyebutnya korupsi mengerikan dan manajemen yang buruk oleh otoritas lokal dan Rusia, mafia dan persaingan etnis dan perjuangan unutk pengaruh di antara elit lokal dan area “abu-abu” antara kriminal dan negara.
Data sosial-ekonomi menunjukkan bahwa wilayah ini merupakan daerah krisis di Rusia. Lebih dari 20% dari penduduk usia kerja tidak bekerja, di beberapa daerah, pengangguran di kalangan pemuda mencapai sekitar 70%, ujar artikel itu.
Sementara itu, artikel mengikuti sebuah argumen tua oleh Barat, dalam kontras dengan Kaukakus Selatan dengan tiga negara merdeka, Kaukakus Utara diduga merupakan “masalah internal Rusia” dan karenanya mereka mengatakan politik internasional tidak memiliki akses untuk itu.
“Meskipun demikian, politisi Eropa dan Jerman tidak boleh mengabaikan perkembangan di wilayah tersebut.
Sampai saat ini, kami hanya memandang Chechnya, saat dua “perang Chechnya” menjadi contoh kekerasan terburuk dalam sejarah pasca-Soviet.
Tapi Chechnya tidak lagi menjadi pusat kekerasan di wilayah itu. Jauh lebih banyak korban tewas di Dagestan, Ingushetia di tahun 2010. “Jika pada tahun 1990 perjuangan untuk kemerdekaan hanya terbatas pada Chechnya, sekarang Jihad mencakup bagian lain Kaukakus Utara,” ujar pengamat ahli Jerman.(haninmazaya/arrahmah.com)