Oleh : Prof. DR.H.Ramli Abdul Wahid, MA
(Arrahmah.com) – Secara bahasa, depresi berarti gangguan jiwa pada sesorang yang ditandai dengan perasaan yang menurun, seperti muram, sedih, dan perasaan tertekan. Yang namanya sedih bisa ringan, bisa berat, dan bisa berat sekali sampai kalut dan tak tertahankan sehingga meronta-ronta.
Secara umum orang tidak membedakan antara depresi dan stress. Padahal, secara terminologi kesehatan, stress berarti terganggunya faal tubuh sebagai akibat ketidakmampuan sesorang mengatasi atau menyesuaiakan diri dengan problem yang dihadapinya. Misalnya karena mendengar tiba-tiba berita meninggalnya keluarga dekat, seseorang menjadi pusing, sering buang air besar atau buang air kecil, kedinginan, dan menggigil. Ini adalah gejala stres karena yang terganggu adalah jasmani.
Jika yang terganggu pada jiwa, seperti sedih yang bersangatan atau bingung atau kalap sehingga tidak mampu berpikir serta kehilangan kesadaran normal dan bahkan melakukan tindakan bunuh diri, ini disebut depresi.
Jika ketergangguan pada jiwa menyebabkan ketergangguan pada pisik, maka ini disebut psikosomatik.
Misalnya, seorang yang merasa sakit pada kepala, persendian tertentu, dan pada arah jantung, tetapi pemeriksaan medis lengkap tidak memberi indikasi penyakit fisik. Ini kemungkinan pengaruh gangguan psikologis berupa perarasaan sedih, kalut, dan cemas yang berkepanjangan.
Dalam bahasa Arab terdapat sejumlah kata yang mengandung makna-makna sedih ini. Di antaranya, huzn, iktiyab, jaz’, faz`. Semua kata ini mengandung makna sedih sekalipun bervariasi tingkat berat dan ringannya.
Huzn berarti kesedihan, iktiyab kesediahan yang berat dan mendalam, dan jaz` sedih berkeluh kesah. Sedih selalu ditandai dengan menangis dan senang dengan tertawa.
Kata huzn dan kata jadiannya banyak digunakan dalam Alquran. Kata huzn setidaknya digunakan dalam Alquran 42 kali.
Misalnya dalam surat al-Baqarah ayat 38, “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka tidak ada atas mereka ketakutan dan tidaklah mereka bersedih,”
al-A`raf ayat 35, “Maka barangsiapa yang bertakwa dan berbuat baik, maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka bersedih,”
Ali Imran ayat 139, “Dan janganlah kamu merasa rendah dan jangan merasa sedih dan kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (mulia) jika kamu beriman.”
Ketika sejumlah sahabat datang kepada Rasul ingin berangkat jihad, mereka bersedih tidak jadi berangkat jihad karena tidak memiliki harta yang akan mereka belanjakan. Kesedihan mereka ini disebutkan dalam surat at-Taubah ayat 92, “Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu supaya engkau memberi mereka kenderaan, lalu engkau berkata, “Aku tidak memperoleh kenderaan untuk membawa kamu,” lalu mereka kembali sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan sebab tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.”
Alquran menjelaskan tabiat manusia yang suka sedih dan berkeluh-kesah.
Firman Allah dalam surat al-Ma’arij ayat 19-21, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Sebagai manusia, Nabi saw. pernah merasa sangat sedih sehingga seolah-olah hendak bunuh diri karena penduduk Makkah menolak beriman. Hal ini diterangkan dalam surat asy-Syu’ara ayat 3, “Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu karena mereka tidak beriman.
Dalam hadis sahih juga diterangkan bahwa pada masa terputusnya wahyu, Nabi saw. sangat sedih karena cemas Allah telah meninggalkannya. Begitu beratnya kesedihyan yang dialami Nabi pada waktu itu sehingga ia merasa hendak mencampakkan dirinya dari jabal Kubis. Ketika isteri Nabi, Khadijah dan pamannya, Abu Talib meninggal dalm waktu berdekatan, Nabi saw. pergi ke Taif mengharap kalau keluarganya yang tinggal di sana ada yang menyambut dan meringankan beban batinnya. Ternyata, di sana Nabi saw. diusir dan dilempari. Nabi kehilangan dua orang yang selalu membelanya dan menenangkan hatinya menghadapi tantangan dan ancaman dari pihak Quraisy. Keadaan itu sangat memukul batin Nabi saw. sehingga tahun itu disebut `am al-huzn (tahun dukacita).
Ketika dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Nabi dan sahabatnya, Abu Bakar bersembunyi di Gua Hira’ untuk menghindari kejaran kaum Kuraisy. Pasukan Kuraisy sampai di depan lobang Gua. Seandainya mereka menunduk sedikit niscaya mereka melihat Nabi dan sahabatnya di dalam Gua. Abu Bakar sangat khawatir kalau Rasul celaka di tangan musuh. Allah swt. menceritakan ucapan Nabi saw. untuk menenangkan sahabatnya, “Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Penyebab Depresi
Dalam bukunya yang berjudul, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater menjelaskan di antara stressor psikososial yang bisa menimbulkan keluhan-keluhan kejiwaan antara lain depresi adalah :
1. Persoalan perkawinan, seperti pertengkaran, perpisahan, dan ketidaksetiaan.
2. Problen orang tua, seperti ketiadaan keturunan, kebanyakan anak, dan hubungan tidak baik dengan mertua dan ipar.
3. Hubungan antar personal yang tidak baik, seperti dengan kekasih, teman sekerja, dan dengan atasan.
4. Malasalah pekerjaan, seperti pekerjaan yang terlalu berat atau sulit dikerjakan, pekerjaan yang tidak cocok, dan masalah mutasi.
5. Buruk kondisi lingkungan, seperti pindah tempat tinggal, tidak cocok dengan tetangga, hiruk pikuk, dan tidak aman.
6. Masalah keuangan, seperti pendapatan yang sangat kurang dari kebutuhan, dibelit hutang, warisan, dan pemutusan kerja.
7. Permasalahan hokum, seperti terkena tuntutan hukum, penjara, dan ketidak-adilan putusan hakim.
8. Perkembangan manusia, seperti masa remaja, dewasa, menopause, dan usia lanjut.
9. Penyakit atau cedar fisik, seperti kecelakaan, bedah, dan aborsi.
10. Persoalan keluarga, seperti hubungan tegang antara kedua orang tua, jarang ketemu dengan orang tua, kehilangan rasa kasih saying orang tua, orang tua pemarah dan kasar.
Dr. Abdullah Mubarak al-Khatir dalam bukunya, al-Huzn wa al-Iktiyab fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunnah menjelaskan ada factor eksternal, yaitu pengaruh lingkungan, dampak negative obat, NARKOBA dan faktor internal, yaitu keturunan, penyakit dalam tubuh, dan sebab yang tidak jelas. Tentunya masih banyak lagi penyebab di luar tersebut di atas yang bisa menyebabkan kecemasan dan depresi, seperti bencana alam, kebakaran, dan perkosaan.
Menurut Direktur RS Grhasia Yogyakarta, dr. Andung Prihadi MKes, masyarakat Indonesia sedang dalam masa transisi menuju depresi missal. Memang inilah kecenderungan masyarakat modern. Semakin maju teknologi dan kekayaan materialnya semakin banyak orang menderita depresi. NARKOBA dijadikan oleh sebagian sebagai pelarian. NARKOBA sendiri dapat menyebabkan depresi. Sementara itu, orang Indonesia banyak pengguna NARKOBA. 70.000 warga Jakarta pengguna NARKOBA. Ini sama dengan 1,5 persen dari penduduk 7,3 juta warga Jakarta. Perkiraan ini pun masih perlu pendataan yang lebih akurat. Sebab, Jakarta sebagai ibukota negara, sedang Indonesia tercatat sebagai negara terbesar memproduk ekstasi.
Akibat Depresi
Depresi sungguh berakibat buruk kepada kehidupan manusia. Depresi bukan hanya berarti kehilangan keseimbangan jiwa, sedih, lesu, cemas, muram, gelisah, dan kalap yang semuanya ini membawa kehidupan yang suram, tetapi sampai kepada tindakan membunuh orang lain dan bunuh diri sendiri. Akhir-akhir ini, kasus bunuh diri dan membunuh orang semakin semarak di Indonesia, bukan hanya di kalangan masyarakat biasa, tetapi justru tidak kurang di kalangan insan-insan yang bertugas memberi keamanan kepada masyarakat.
Untuk sekedar contoh dari sederetan panjang dari kasus bunuh diri di Indonesia adalah kasus bunuh diri petinju nasional, Rahman Kili-Kili. Menurut Ucok Sitepu, apa yang dilakukan Kili-Kili merupakan akumulasi kekecewaan akibat kesulitan ekonomi yang dialaminya.
Di Malang Junainia Mercy, 35, bunuh diri dengan meminum racun setelah lebih dahulu membunuh empat orang anaknya dengan memberi racun yang sama. Ibu ini diduga nekad melakukan tindakan fatal ini karena himpitan ekonomi dan jarangnya suami pulang dari tempat tugas.
Hadi Wibowo,25, di Lampung Selatan menggorok leher ayahnya hingga hampir putus karena kesal disalahkan ketika bertikai dengan adiknya.
Harian Posmetro Medan terbitan tanggal 10 Maret 2007 mencatat sejumlah kasus bunuh diri di kalangan polisi.
Posmetro Medan menyebut anggota Poltabes Medan, Iptu Oloan Hutasoit bunuh diri pada tanggal 24 Januari setelah menembak sepasang pengantin karena merasa kesal cintanya tidak bersambut.
Pada tanggal 28 Agustus 2006, anggota Polresta Bekasi Timur, Aipda Sahudin Bachtiar Debataraja Simamora menembak mati isterinya, Kapten CAJ Adiana Siringo-Ringo setelah keduanya bertengkar hebat. Setelah menembak mati isterinya, ia pun menembak kepalanya sendiri, tetapi kebetulan tidak mati.
Pada tanggal 24 April 2005, anggota Polres Jombang, Iptu Sugeng Triono menembak atasannya, AKP Ibrahim Gani. Setelah itu ia bunuh diri.
Pada tangal 18 April 2005, anggota Polres Cirebon, Bripda Yohanes Widianto bunuh diri dengan menembak keningnya di Kotabaru, Yogyakarta.
Pada 2004 anggota Polda Jambi , Iptu Giribaldi membunuh tujuh orang korbannya.
Pada tanggal 14 Maret 2007, Briptu Hance Christian menembak atasannya, Wakapolwiltabes Semarang, AKBP Lilik Purwanto. Kemudian ia pun mati ditembak oleh teman-temannya. Diduga, Hance kesal karena akan dimutasikan ke Kendal.
Selasa, 20 Maret 2007 seorang oknum Polda Sumbar bernama Brigadir Fadli Mondara (30) tembak bawah dagunya sendiri, tetapi tidak sampai meninggal.
Pada tanggal yang sama, seorang ibu rumah tangga bernama Mardiah (25) warga Dusun IV Desa Tapak Kuda Kec. Tanjungpura, Langkat ditemukan tewas gantung diri di depan dapur rumahnya.
Senin, 2 April 2007 seorang tahanan di Polsek Indrapura Polres Asahan bernama M. Ayub Sidabutar (20) tewas gantung diri dengan menggunakan baju kaos singlet di dalam kamar mandi tahanan.
Kamis, 12 April 2007, Alfianto (19) alias Tongat warga Desa Beruam. Kec. Kuala, Langkat dietmukan tewas tergantung di pohon rambe di belakang rumahnya.
Selasa, 17 April 2007 seorang siswi SMP HKBP Pasar VI Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan tewas gantung diri di rumah kakaknya.
Pada hari yang sama, seorang isteri polisi bernama Melitawati br. Simanjuntak bunuh diri dengan senjata api suaminya di rumahnya sendiri Jl. Cinta Karya, Sari Rejo, Medan Polonis.
Selasa, 24 April 2007 seorang tahanan LP Pulau Simardan, Tg. Balai bernama Anas Sasmita (26) tewas gantung diri.
Harian Waspada, 26 April 2007 memberitakan bahwa Iman Firmansyah (21) di Cianjur tewas gantung diri karena tak mampu menebus ijazah SMA.
Pada Harian yang sama diberitakan bahwa bocah umur 13 tahun bernama Sapriansyah alias Apri penduduk Sari Rejo, Medan Polonia tewas gantung diri karena tidak diberi uang jajan oleh orang tuanya.
Rabu, 25 April 2007, siswa SMP Tanjungpura, Rayu Indahni (14) tewas bunuh diri gara-gara kesal ibunya kawin lagi.
Ini data yang tercatat dan yang di-ungkap di sini. Kasus yang tidak tercatat dan tidak diungkap di sini tentunya masih banyak lagi. Misalnya orang yang mati bunuh diri di desa-desa, dan kasus yang tidak terjangkau wartawan. Semua kasus bunuh diri ini memperihatinkan. Tapi, ada satu kasus bunuh diri yang lucu, yaitu pasangan suami isteri lanjut usia di India bunuh diri pada Senin, 2 April 2007 gara-gara sedih anjing mereka mati.
Sebenarnya kasus bunuh diri di negara-negara maju jauh lebih banyak jumlahnya dan lebih dahulu terjadi.
Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa pada tahun 1968 menerbitkan sebuah daftar rasio kejadian bunuh diri di beberapa negara. Ternyata, urutan delapan pertama dalam daftar tersebut diduduki delapan negara maju, yaitu Jerman Barat, Austria, Kanada, Denmark, Finlandia, Hongaria, Swedia dan Swiss. Di delapan negera maju ini, bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor tiga bagi orang-orang berusia antara 15-45 tahun sesudah penyakit jantung dan kanker. Di Jepang, kasus bunuh diri cukup tinggi, tiga puluh empat ribu pertahun.
Penyebab Bunuh Diri
Telah banyak muncul komentar dan analisis tentang penyebab bunuh diri dan upaya mengantisipasinya. Mulai dari depresi, iman, dan sampai kepada pedapat yang mengatakan bahwa iman tidak ada hubungannnya dengan depresi.
Para ahli psikologi sepakat bahwa depresi menyebabkan orang nekad bunuh diri, terutama untuk kasus Indonesia saat ini yang muncul dari himpitan ekonomi. Pendapat ini patut diterima. Tetapi, depresi tidak hanya muncul dari masalah eko-nomi.
Menurut Dadang Hawari, depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri dan tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Berbagai penelitian menunjukkan banyaknya pengidap depresi. Sartonius menaksir 100 juta penduduk dunia mengalami depresi. Angka-angka ini semakin bertambah untuk masa-masa mendatang yang disebabkan beberapa hal yang antara lain semakin bertambahnya usia harapan hidup dan kehidupan beragama semakin ditinggalkan.
Menurut Psikolog UGM, Moh. As’ad, saat ini 90 persen masyarakat Indonesia mengalami depresi. Akibatnya banyak bunuh diri. Hal ini–katanya– dapat dilihat di puskemas-puskesmas bahwa keluhan utama pengunjung adalah masalah psikis. Meskipun angka ini mungkin belum hasil penelitian, tetapi asumsi ini menggambarkan betapa banyaknya masyarakat Indonesia yang mengalami depresi. Indikasi lain juga dapat dilihat dari membludaknya pasien rumah sakit jiwa.
Masalah ekonomi adalah salah satu, dan mungkin penyebab dominan depresi yang mengakibatkan bunuh diri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada kasus bunuh diri Rahman Kili-Kili dan kasus Ibu yang bunuh diri serta empat orang anaknya. Hal ini juga dapat dilihat pada depresi yang dialami korban Lumpur Lapindo. Dian Ilhami sebagai perwakilan korban Lumpur Lapindo menjelaskan bahwa korban Lapindo, 52 orang jadi gila dan beberapa di antara mereka sudah menjadi penghuni Rumah Sakit Jiwa Sumber Porong di Malang. Hal ini jelas faktor ekonomi. Dari kasus-kasus di atas, terdapat juga faktor marah, dendam, cemburu, dan cinta.
Namun, faktor-faktor yang menyebabkan bunuh diri untuk di negara-negara maju lain lagi. Sebab, negara-negara maju sudah makmur dan memiliki jaminan social. Bagi orang yang kehilangan pekerjaan, hidupnya ditanggung pemerintah. Adapun masalah cinta dan cemburu sudah tidak menjadi persoalan bagi mereka karena mereka berpaham sekuler dan pergaulan bebas. Dendam dan marah juga tidak menimbulkan tindakan fatal karena hukum berlaku dan keadilan pun terwujud. Justru sebaliknya, kemakmuran dan kemewahan di negara-negara maju banyak menimbulkan depresi.
Antisipasi Islam
Berdasarkan latar belakang mencuatnya masalah depresi yang menyebabkan bunuh diri, muncul beberapa gagasan untuk menanggulanginya. Karena kasus bunuh diri banyak terjadi di kalangan polisi dan bunuh diri dengan senjata sendiri oleh insan pengayom masyarakat agak aneh, maka para pakar banyak berbicara tentang masalah polisi. Namun, sampai batas tertentu, sebagaian gagasan mereka bersifat umum.
Secara khusus, gagasan-gagasan yang bertujuan mengatasi masalah polisi menembak diri sendiri, menembak atasan, dan menembak orang lain semuanya dinilai bagus. Mulai dari gagasan pengetatan sistem rekrutmen sehingga penerimaan anggota polisi terlaksana secara objektif dan bebas dari pengaruh kekerabatan, titipan, dan bayaran; peninjauan kurikulum pendidikan dan pela-tihan polisi; pengetatan tes psikologis yang dilakukan sekali enam bulan untuk pemilikan senjata api, sehingga sekarang banyak kepolisian yang membuat kebijakan dengan menggudangkan senjata untuk diadakan tes kembali tentang kewajaran pemilikan senjata.
Gagasan lain adalah penitipan senjata sebelum menghadap atasan; upaya meningkatkan kesejahteraan dan peninjauan kewajaran beban tugas sampai kepada ide pegang senjata hanya bagi petugas yang menghadapi penjahat di lapangan. Nampaknya, gagasan terakhir ini sangat penting mengingat senjata api sebagai alat paling berbahaya, bukan hanya terhadap atasan tetapi lebih bahaya lagi terhadap anggota masyarakat biasa yang tidak berwibawa dan tidak mempunyai senjata seperti atasan.
Keadaan sekarang membuat masyarakat merasa cemas berhadapan dengan polisi yang memegang senjata api. Mengingat bahayanya senjata api terutama di kalangan polisi untuk sementara ini, maka pegang senjata api saat ini sebaiknya hanya dalam keadaan darurat, yaitu ketika mengahadapi penjahat di lapangan.
Pegang senjata api dalam keadaan normal ternyata telah banyak mendatangkan mudrat. Dalam Islam ada kaedah, Dar’ul mafasid muqaddamun `ala jalbil mashalih (Menolak bahaya diutamakan atas menarik manfaat).
Adapun antisipasi Islam terhadap depresi dan bunuh diri secara umum, baik untuk masyarakat maupun polisi, harus secara komprehensif. Dari sudut pandang Islam, faktor penyebab depresi untuk saat ini bukan hanya masalah ekonomi, dendam, cinta dan cemburu.
Kemewahan justru bisa menjadi faktor depresi. Ali ‘Izetbegovic dalam bukunya, Islam between East and West menjelaskan bahwa sesudah perang Dunia II, di negara-negara maju, makmur, dan kekayaannya melimpah ruah, muncul suatu generasi beatnik atau beaten generation (genarasi terpukul). Mereka adalah generasi yang selalu merasa sedih karena telah memiliki segala sesuatu sehingga tidak menginginkan suatu apa pun. Mereka bosan hidup, lesu dan tidak memiliki cita-cita. Mereka merasa hidup ini hampa dan jenuh dengan keserbaadaan.
AS paling kaya, tapi lebih separoh dari rumah sakitnya dihuni pasien jiwa.
Swedia menduduki rangking pertama dalam pendapatan nasional, melek huruf, lapangan kerja, dan kualitas jaminan kerja. Tetapi Swedia juga pemegang rekor bunuh diri, pemabuk, dan pasien jiwa.
Menurut penelitian Dr. Anthony Rail, jumlah angka bunuh diri di lingkungan perguruan tinggi di Inggris, enam kali lipat lebih tinggi dari angka rata-rata bunuh diri nasional. Jumlah bunuh diri di Cambridge University sepuluh kali lipat lebih tinggi dari jumlah bunuh diri di kalangan muda. Padahal, semua mahasiwa Inggeris berasal dari keluarga kaya atau mendapat beasiswa pemerintah.
Beberapa hari lalu terjadi penembakan membabi buta di kampus Virginia Tech yang menewaskan 32 mahasiswa dan dosen. Kamis, 19 April 2007, Guru Besar Psiatri di Wright State University dan Kepala American Psychiatric Association mengatakan bahwa jumlah orang di kampus yang menderita gangguan psikologis meningkat dengan tajam. Di London terdapat Komite Urusan Bunuh Diri yang bertujuan menggagalkan setiap percobaan bunuh diri. Komite ini lahir karena banyaknya percobaan bunuh diri di kota London.
Data ini dikemukakan untuk menunjukkan bahwa penderita depresi sangat besar jumlahnya dan terus meningkat serta persoalannya ternyata jauh lebih dalam dari sekedar masalah ekonomi, dendam, dan cemburu. Sebab, kemewahan juga ternyata menjadi pemicu depresi yang membawa akibat bunuh diri.
Dendam biasa muncul karena kezaliman dan kehilangan rasa keadilan. Di Eropa hukum berlaku sehingga yang zalim dihukum dan korban kezaliman mendapatkan haknya. Rasa cemburu pun di Barat sangat rendah karena kehidupan sekuler dan kebebasan pergaulan sehingga selingkuh dianggap sah-sah saja. Bahkan, seorang laki-laki di Rusia yang mendapatkan isterinya masih gadis merasa kesal karena kegadisan itu dipandang aib, seolah-seolah isterinya itu bodoh dan tidak pandai mendapatkan laki-laki yang mau menggaulinya.
Buat Barat, bunuh diri juga muncul dari minuman keras, narkoba, bahkan sebagai ekses dari kemajuan teknologi. Karena itu, penyebab bunuh diri sebenarnya timbul dari akibat kekeroposan jiwa. Untuk Indonesia yang tingkat penyalahgunaan narkoba dan mirasnya saat sangat tinggi, apakah tidak mempunyai andil dalam menciptakan depresi.
Manusia sebenarnya terdiri dari dua unsur, yaitu fisik (jasmani) dan psikis (rohani). Kemajuan teknologi dan kemajuan material hanya dapat memenuhi kebutuhan fisik. Bagi orang beragama, iman dan ajaran agama dapat memenuhi kebutuhan psikis, sedang kaum sekuler mencari kebutuhan psikisnya melalui minuman keras dan NARKOBA. Untuk sebentar mereka fly ke sorga. Setelah siuman, problem terasa kembali bahkan lebih berat daripada sebelumnya sehingga mereka siap mati dan mematikan orang lain. Miras dan narkoba berujung kepada depresi lagi. Miras dan narkoba merupakan fenomena lain yang erat kaitannya dengan depresi yang berujung pada sikap nekad mati alias bunuh diri atau membunuh orang lain.
Menurut Dadang Hawari, betapa pentingnya agama di dunia kedokteran jiwa/psikiatri sampai-sampai World Psychiatric Association dalam kongresnya ke-9 di Rio de Janerio, Brazil tahun 1993 membentuk seksi khusus, yaitu Psychiatry and Religion. Demikian juga American Psychiatric Association sejak tahun 1995 membentuk Committee of Psychiatry and Religion.
Islam memberikan pegangan batin dan arah hidup yang benar. Manusia hanyalah salah satu dari makhluk ciptaan Tuhan. Tugasnya mengabdi kepada Tuhan. Sepanjang hidupnya, manusia harus berbuat baik. Ketika mewah ia membatu orang susah. Ketika susah ia bersikap sabar, berzikir, dan berdoa kepada Tuhan. Ketika menghadapi problem, ia mengadu kepada Tuhan.
Dalam bukunya, Hikmah Surat al-Fatihah, Prof. Muchtar Lintang menjelaskan bahwa otak manusia tak obahnya seperti gerobak. Setiap hari dimuat terus sampai penuh. Untung saja muatan gerobak itu dikeluarkan setelah sampai ke tujuan. Sekiranya tidak pernah dikosongkan dan terus dimuat, tentunya gerobak itu akan pecah berantakan.
Otak manusia setiap hari dimuat dengan berbagai masalah. Jika tidak dikosongkan maka otak juga akan meledak. Sementara tempat pengosongannya sulit dicari. Orang yang paham dan dapat menyambut keluh kesah sulit dicari, terutama di zaman serba sibuk ini.
Tempat menyampaikan keluh kesah yang paling baik adalah Allah. Waktu hamba yang paling dekat kepad Allah adalah waktu sujud. Maka Nabi saw. menganjurkan banyak berdoa ketika sujud. Semakin sering salat, semakin banyak waktu mengosongkan beban pikiran kepada Allah melalui doa. Allah pun telah berjanji, “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Ku-perkenankan.”
Manusia hendaknya menyadari bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah di Lauh Mahfuz. Tetapi, Allah Maha Bijaksana dan Maha Pengasih lagi Penyayang. Sebagai Pencipta, Allah lebih mengetahui apa yang lebih masalahat bagi makh-luknya. Sehubungan dengan itu, Allah menjelaskan bahwa mungkin saja apa yang kamu benci sebenarnya lebih baik bagi kamu dan apa yang kamu senangi sebenarnya tidak baik bagimu. Karena itu, ada orang yang kesal karena ketinggalan pesawat. Ternyata, pesawat yang hampir ditompanginya celaka sesudah terbang.
Banyak sekali kejadian yang membuat orang kesal karena tidak sesuai dengan keinginannya. Ternyata, apa yang dioperolehnya lebih berguna baginya. Ketika itu ia berkata, untunglah saya jadinya di sini. Inilah yang dikatakan blessing in disguise.
Manusia harus mengahadapi hidup ini secara realistis. Manusia jangan berpikir salah. Misalnya, seorang berpikir bahwa tidak mungkin hidup bahagia jika tidak semua orang senang kepadanya. Berpikir seperti salah. Sebab, hal itu tidak mungkin. Karena itu, jika ada orang yang tidak senang kepadanya, maka ia tidak perlu pusing memikirkannya.
Manusia terbaik adalah para nabi. Ternyata mereka dibenci orang-orang jahil dan bahkan dimusuhi. Manusia biasa seharusnya tidak perlu susah jika ada orang yang membenci dan memusuhinya.
Di dunia ini banyak orang susah. Kesusahan bervariasi. Masing-masing dengan penderitaannya. Orang kaya banyak yang menderita lebih berat daripada orang mis-kin. Nabi saw. menganjurkan agar selalu melihat orang yang lebih susah. Ada orang susah karena banyak anaknya. Padahal, lebih susah lagi orang yang kematian anak. Tapi, lebih susah lagi orang yang tidak pernah mempunyai anak. Namun, lebih susah lagi orang yang sama sekali tidak pernah mendapat jodoh. Begitulah seterusnya sehingga orang tidak perlu stres dan depresi karena kesusahan.
Dalam bukunya, Biyolojiyatul Iman, Dr. Muhammad Mahmud Abd al-Qadir menjelaskan bahwa dalam tubuh manusia terdapat sejumlah kelenjar. Kelenjar yang paling dikelanl adalah kelenjar Pituitary, Pineal, Thyroid, Parathyroid, Adrenal, Pan-creas, Thymus, Ovary, Testis, dan Duodenum. Masing-masing kelenjar ini mempu-nyai kadar dan fungsi tertentu.
Ketidakseimbangan pada kelenjar-kelenjar ini menyebabkan ketidakseimbangan pada diri manusia. Bahkan, peningkatan kelenjar tertentu diperlukan untuk menghadapi situasi tertentu. Misalnya, dalam menghadapi binatang buas seseorang memerlukan hormon Adrenalin yang dikeluarkan oleh kelenjar Adrenal. Sebaliknya, meningkatnya hormon Adrenalin bisa menimbulkan rasa cemas dan ketakutan dalam waktu yang panjang.
Pada akhir bahasannya, Dr. M. Mahmud Abd al-Qadir menyimpulkan bahwa keseimbangann kimia dalam tubuh merupakan dinamika iman. Artinya, keseimbangan kelenjar-kelenjar yang dibutuhkan manusia dalam beradaptasi dengan situasi yang dihadapinya dipengaruhi iman. Iman berarti berperan dalam menekan depresi.
Nasehatnya adalah. Jika Anda kena terpaan hidup, baik secara materi maupun perasaan, janganlah kaget, sabarlah, dan kemabalilah kepada dirimu. Hitunglah nikmat yang masih ada dan tidak akan terhitung. Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang masih ada. Katakanlah al-hamdulillah wa ufawwidhu amri ilallah. La ilaha illa Anta Subhanaka inni kuntu minazzalimin (Segala puji bagi Allah. Aku serahkan urusanku kepada Allah. Tiada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau bahwa aku termasuk orang-orang yang zalim.)
(fath/arrahmah.com)