WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pesan-pesan yang saling bersaing telah datang dari Departemen Luar Negeri AS dan Presiden Donald Trump atas Inisiatif Mesir, proposal perdamaian baru Kairo untuk Libya. Sementara itu, Departemen Luar Negeri Sabtu (13/6/2020) meminta semua pihak untuk membuka fasilitas minyak di seluruh Libya.
Kepresidenan Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (10/6) bahwa Presiden AS Donald Trump menyambut usulan Mesir untuk gencatan senjata Libya dalam panggilan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, lapor Reuters.
Namun, sementara Mesir mengatakan bahwa Trump mendukung inisiatif perdamaian barunya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyambut baik dimulainya kembali pembicaraan yang dipimpin oleh PBB antara faksi-faksi yang bertikai.
Departemen Luar Negeri menggandakan sikap ini Sabtu malam (13/6), mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Washington menghargai upaya Mesir, tetapi bahwa pembicaraan Berlin dan proses yang dipimpin PBB adalah solusinya.
David Schenker, diplomat AS untuk Timur Tengah, mengatakan ia mendukung proses yang dipimpin PBB, meskipun ia menyuarakan penghargaan kepada Mesir, dengan mengatakan “akan lebih produktif jika Libya bersatu”.
“Kami berpikir bahwa proses yang dipimpin PBB dan proses Berlin benar-benar merupakan kerangka kerja paling produktif untuk terlibat dalam negosiasi untuk membuat kemajuan dalam gencatan senjata,” katanya kepada wartawan.
Jerman, yang mendukung pembicaraan yang didukung PBB sebagai kunci perdamaian, pada Januari mempertemukan para pemangku kepentingan utama di Berlin dalam konferensi yang bertujuan mengakhiri pertumpahan darah dan menstabilkan Libya, pintu gerbang utama bagi para migran ke Eropa.
Sisi mengumumkan rencana Kairo untuk gencatan senjata di Libya, mulai 8 Juni, setelah bertemu dengan Tentara Nasional Libya (LNA) Jenderal Khalifa Haftar pada 6 Juni.
Sisi mengatakan bahwa inisiatif politik, yang ia sebut “inisiatif Kairo” akan membuka jalan untuk kembali ke kehidupan normal di Libya dan memperingatkan agar tidak menggunakan taktik militer untuk menyelesaikan krisis.
Arab Saudi, Rusia, Yordania, Bahrain, dan UEA menyambut inisiatif perdamaian ini.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB dan Turki, yang mendukung GNA dan telah mengirim pasukan untuk berperang di Libya, telah menyuarakan skeptis tentang inisiatif Mesir, Reuters melaporkan.
Schenker meminta kedua belah pihak untuk “melindungi warga sipil dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada infrastruktur”, termasuk sekolah, persediaan air dan fasilitas minyak.
Menghidupkan kembali sektor energi sangat penting untuk stabilitas Libya, Departemen Luar Negeri mengatakan dalam komentarnya kepada Al Arabiya. (Althaf/arrahmah.com)