SOLO (Arrahmah.com) – Densus 88 kembali berlaku biadab. Joko Daryono, aktivis JAT (Jamaah Anshorut Tauhid) ditodong senjata di tengah jalan untuk kemudian ditangkap paksa. Densus 88 juga mengobrak-abrik rumah pengurus pusat JAT tersebut di hadapan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil, sehingga membuat mereka trauma. Biadab! Apakah ini sebuah pengalihan atas skandal kaburnya Gayus dari Mako Brimob?
Dihadang Di Tengah Jalan
Lama tidak terdengar, Densus 88 kembali menangkapi aktivis Islam. Kali ini Densus 88 menangkap aktivis JAT di Solo, yakni Joko Daryono atau yang oleh polisi disebut sebagai Toyib. Joko Daryono adalah salah satu pengurus pusat Jamaah Anshorut Tauhid (JAT).
Penangkapan terjadi pada siang hari, di kota Solo, tepatnya di daerah Laweyan, Jalan Samanhudi. Sebuah mobil pickup putih dihadang di tengah jalan dan dua penumpangnya ditodong senjata. Kedua pria tersebut adalah Joko Daryono (Toyib) dan Joko Daryanto (kakak dari Joko Daryono), keduanya merupakan pengusaha alat timbangan besi.
Namun yang ditangkap hanya Joko Daryanto, setelah dicegat di tengah jalan Joko Daryono dibawa Densus 88 pergi, sedang kakaknya Joko Daryanto dibawa ke rumah adiknya di gudang timbangan besi di darah Gentan, Sukoharjo.
Di rumah Joko Daryono inilah Densus 88 bertindak arogan dan brutal. Di rumah tersebut tim Densus 88 masuk secara paksa dan mengobrak-abrik rumah Joko Daryono, disaksikan istri Joko Daryono, Nyonya Eli dan ketiga anak-anaknya yang masih kecil. Kejadian ini tentu saja membuat anak-anak Joko Daryono trauma.
Keterangan ini disampaikan Joko Daryanto (kakak Toyib) dalam jumpa pers di markas pusat JAT di Jalan Batik Keris, no 88 rt 01/X Turi Baru, Grogol Sukoharjo, pada sore hari sekitar pukul 16:00 WIB.
Istri Toyib: ‘Anak Saya Trauma’
Pasca penangkapan Joko Daryono (polisi menyebut Toyib) yang dilanjutkan aksi brutal dan arogan Densus 88 menggerebek rumah Joko Daryono di Gentan, disaksikan istri dan anak-anaknya. Istri Joko Daryono, Nyonya Eli mengatakan anak-anaknya sampai kini masih ketakutan.
Nyonya Eli mengatakan “anak saya yang bernama Farouk sampai “ndredeg” (gemetaran, red)”, pasalnya Densus mengobrak-abrik rumah tersebut dan mengambil komputer anaknya serta buku-buku Islam di rumah tersebut (di beberapa media disebutkan sebagai dokumen JAT).
Ditemui di sebuah rumah di daerah Ngruki, nyonya Eli sore tadi mengatakan tiga anaknya yang dipaksa baris bersama nyonya Eli saat rumahnya diperiksa Densus 88 benar-benar trauma. Terutama anaknya bernama Farouk yang berumur tujuh tahun. Nyonya Eli menceritakan saat itu Densus selain membawa komputer dan buku-buku Islam, juga hendak membawa sebuah brankas besi berukuran kecil, namun nyonya Eli mengatakan kepada anggota Densus 88 “sudah pak, daripada kecewa, brankas itu tidak ada apa-apanya, itu punya Farouk anak saya.” Mendengar itu anggota Densus 88 tersebut menjawab “mana Farouk”, bocah kecil itu diminta untuk membuka brankas tersebut yang menggunakan kunci berupa kode nomor. Anak kecil yang ketakutan tersebut kemudian maju dan membuka brankas besi itu, dan benar saja di dalamnya hanya ada mainan anak-anak. Terlalu!
Namun, seorang anak kecil yang melihat rumahnya diobrak-abrik orang-orang bersenjata dengan menggunakan penutup muka dan bertindak kasar tentu saja akan ketakutan. Hingga kini nyonya Eli tidak berani kembali ke rumahnya, untuk sementara ia akan tinggal di rumah saudaranya di daerah Ngruki.
Abdurrahim Ba’asyir: Toyib Bendahara JAT
Sementara itu, dalam jumpa pers hari Kamis (18/11) di markaz pusat JAT, Abdurrahim Ba’asyir selaku jurubicara resmi JAT menyatakan bahwa pria yang ditangkap Densus 88 pada Kamis siang di Solo tepatnya di jalan Samanhudi, Laweyan adalah Joko Daryono dan ia merupakan Aminul Mal (bendahara) JAT.
Abdurrahim Ba’asyir memberikan pernyataan tertulis yang dibagikan kepada para wartawan yang hadir yang isinya adalah:
Terkait penangkapan Joko Daryono di Jalan Samanhudi Solo, kami pengurus pusat JAT menerangkan bahwa:
- Joko Daryono adalah Pengurus Pusat JAT menjabat sebagai Aminul Mal.
- Penangkapan terhadap Joko Daryono diwarnai dengan kekerasan seperti dibentak, ditodong dan ada pemukulan kepala Joko Daryanto (kakak Joko Daryono).
- Penggeledahan di rumahnya di daerah Gentan Baki Sukoharjo diwarnai dengan pengrusakan lemari pakaian anak, tepat dihadapan istri dan tiga anaknya yang masih kecil (8 tahun, 7 tahun, dan 3 tahun) dengan nada kasar masuk memakai sepatu dan senjata laras panjang.
- Tidak ada surat penangkapan dan surat penyitaan.
- Joko Daryanto diminta tanda tangan lima kali secara paksa tanpa diketahui isinya.
Terkait dengan ini kami menyampaikan:
- Penangkapan Joko Daryono adalah bentuk pengalihan isu pihak kepolisian atas skandal suap Gayus di Rutan Brimob.
- Penangkapan sistematis ini adalah tindak lanjut dari Kapolri sebelumnya untuk menangkapi para aktifis Islam secara khusus aktifis JAT.
- Cara-cara Gayus ditiru oleh Densus 88 seperti memberi uang @50.000 kepada lima karyawan Joko Daryono.
- Anggota Densus 88 dengan nomor HP 081335568459 mengajak Joko Daryanto (kakak Toyib) untuk ketemu di Hotel Narita dan menjanjikan uang atas pertemuan itu.
Kami meminta:
- Jangan ada penganiayaan dan pelanggaran HAM atas kasus ini dan lainnya.
- Kami meminta kepada TPM Pusat pimpinan Ahmad Mihdan untuk mendampingi Joko Daryanto, bukan TPM Poso pimpinan Asludin.
- Dikembalikan HP istrinya dan CPU milik anaknya beserta buku-buku yang telah dikuasai paksa oleh Densus 88.
- Mabes Polri menjelaskan status hukum Joko Daryono atas penangkapan ini. Polisi mestinya bekerja secara sopan dan beradab.
- Menyerahkan kepada MER-C untuk memantau kesehatan Joko Daryono, karena ia sedang dalam keadaan sakit.
Sukoharjo, 18 November 2010
JUBIR JAT
Abdurrahim Ba’asyir
Jadi, apakah benar aksi Densus 88 kali ini merupakan pengalihan isu kaburnya Gayus dari Mako Brimob ?. Sayangnya sekian jiwa sudah teraniaya, anak-anak pun mengalami trauma. Sungguh biadab prilaku Densus 88 ini, tidak adakah yang mau peduli?
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)