TANGERANG (Arrahmah.com) – Menyusul arogansi Densus 88 yang menangkap tiga orang dan menembak seorang Muslim tersangka “teroris” di Tangerang, Sabtu (12/11/2011) kemarin, ternyata Densus 88 juga menangkap sepasang suami istri yang sedang belanja di Pasar Poris, Tengerang di hari yang sama. Seorang ikhwan bahkan menginformasikan bahwa tersangka tersebut dipukuli di hadapan anak-anak dan istrinya saat hendak berbelanja keperluan keluarga. Sadis!
Densus 88 tetap arogan dan sadis
Apapun kritik dan protes masyarakat terhadap Densus 88, ternyata tidak pernah dipedulikan. Densus 88 tetap tidak berubah, arogan, main tembak, dan sadis dalam menangkap kaum Muslimin yang dituduh terlibat aksi “terorisme”.
Setelah sebelumnya diberitakan menangkap 3 orang, dan menembak salah satu diantaranya di kawasan Karawaci, Tangerang, Banten, pada hari Sabtu (12/11/2011) sekitar pukul 07.00 WIB, ternyata di waktu yang bersamaan Densus 88 juga menangkap sepasang suami istri di Pasar Poris, Tangerang, saat keduanya sedang berbelanja.
Sebagaimana diberitakan beberapa media nasoinal, Densus 88 di hari Sabtu pagi tersebut (12/11) telah menangkap Gondrong alias Botak dan seorang istrinya di Perumahan Cipondoh Makmur, Jalan Utama RT 02/07 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, Banten.
Tuduhan yang dialamatkan kepada pasangan suami istri tersebut adalah keterlibatan mereka dalam jaringan “teroris” yang meledakkan Mako Mapolres Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pasangan suami istri yang mengontrak rumah di Kampung Poris RT 04/09 Nomor 58 Kelurahan Cipodoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, ditangkap petugas ketika mereka hendak belanja di Pasar Poris.
“Mereka baru dua minggu tinggal di sini,” kata Ny Marni, 57, pemilik rumah. Namun demikian, rumah itu mereka kontrak selama enam bulan ke depan dengan harga Rp. 2,5 juta.
Trauma dan sakit hati pada Densus 88
Seorang ikhwan menginformasikan bahwa tersangka sempat dipukuli di hadapan anak-anak dan istrinya di pasar, disaat hendak berbelanja keperluan keluarganya. Hal ini tentunya menunjukkan kebrutalan Densus 88 yang tidak rela jika tidak menyertai penangkapan dengan pemukulan, atau juga penembakan.
Anak-anak tersangka dan juga istri tersangka tentu saja sakit hati, trauma, dan meninggalkan pengalaman yang terus membekas dalam benak mereka. Kebrutalan Densus 88 juga sudah pasti membuat kaum Muslimin terusik dan semakin membenci Densus 88. Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)