EROPA (Arrahmah.com) – Seorang ahli “kontra-teroris” di Eropa khawatir akan meningkatnya jumlah pemuda Muslim Eropa yang bergabung dengan jajaran pejuang Islam di Suriah, lansir Worldcrunch.com (8/4/2013).
Para pemuda ini-sebagian besar berpengalaman-mengambil resiko besar dengan bergabung dalam perang Suriah. Para pengamat “kontra-terorisme” Eropa mengkhawatirkan “keamanan” Eropa jika mereka kembali dari Suriah setelah dilatih oleh afiliasi Al Qaeda di Suriah.
Sebuah laporan terbaru dari Departemen Inggris memperkirakan 70-100 warga Muslim Inggris telah bergabung dengan Mujahidin Jabhah an-Nushrah, salah satu organisasi yang paling terorganisir di Suriah. Beberapa pemuda Inggris bergabung dengan garis depan dalam perang melawan rezim brutal Assad di Suriah.
Belanda yakin, tiga warganya yang direkrut di sebuah Masjid, gugur dalam pertempuran. Belgia memperkirakan bahwa 50 sampai 80 warganya telah berada di Suriah, termasuk dua pemuda yang diyakini telah direkrut oleh kelompok Sharia4Belgium di mana pemimpinnya, Fouad Belkacem berada di bawah tahanan rumah.
Orang tua dari Jeroen Bontinck (18) dan Brian de Mulder (19) mengatakan mereka tidak mengetahui anaknya telah bergabung dengan kelompok Salafi dan berangkat ke Suriah.
Laporan Departemen Inggris membicarakan perginya ratusan pemuda Muslim Eropa ke Suriah sebagai “masalah Eropa”.
Aaron Zelin, seorang peneliti di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Tengah, memperkirakan bahwa 2000-5000 orang asing terlibat dalam perang Suriah. Ratusan di antaranya berasal dari Eropa sebagian besar dari Balkan, Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol.
Profil mereka tidak identik. “Ada ideologis, idealis namun juga beberapa yang hanya ingin menunjukkan dukungan mereka untuk revolusi,” ujar Gilles de Kerchove, koordinator “kontra-terorisme” Uni Eropa.
Menurutnya, saluran perekrutan yang paling aktif terkait dengan gerakan “ekstrimis”. Ia mengatakan bahwa penyelidikan saluran rekrutmen baru dimulai.
Dalam beberapa kasus, para pemuda itu membeli tiket pesawat secara online untuk terbang ke Turki dan dari sana mereka membuat jalannya sendiri ke Suriah. Yang lainnya melakukan perjalanan dalam sebuah kelompok kecil, tiga sampai empat orang dari Jerman ke Antalya. Mereka memiliki nomer kontak di perbatasan Turki-Suriah yang mereka hubungi saat kedatangan.
Menteri Dalam Negeri Belgia, sangat khawatir mengenai situasi yang berkembang dan ia menciptakan sebuah unit yang terdiri dari berbagai instansi resmi untuk mengekang pertumbuhan jumlah warga Belgia yang pergi ke Suriah. Menurut para ahli, itu merupakan tugas yang sangat sulit. Para pemuda ini merasa marah atas ketidakadilan yang dialami rakyat Suriah dan mereka berperang untuk memperjuangkan hak rakyat Suriah.
Menurut para pengamat, Menteri Dalam Negeri Belgia mungkin tidak akan mampu mencegah pemuda Eropa pergi ke Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com)