Aljazair (Arrahmah.com) – Setelah bertahun-tahun bekerja keras ‘berperang’ melawan buta huruf, Aisyah Moheildin, wanita Aljazair berusia 70 tahun akhirnya tidak hanya dapat membaca, tetapi ia juga berhasil menulis lima salinan dari Al-Qur’an, sebagai ungkapan terima kasih pada Allah Ta’ala atas anugrah yang diberikan padanya.
“Alfabet itu terlihat seperti teka-teki bagi saya,” kata Aisyah Moheildin, yang tinggal di Blida provinsi barat daya ibukota Algiers, Al Arabiya.
“Tapi ada kekuatan dalam diri saya mendorong saya untuk mengartikan mereka.”
Pada tahun pertama, ia belajar alfabet dan menulis. Tahun kedua ia mampu membaca seluruh Al Quran. Ketika dia memasuki tahun ketiga dalam masa belajarnya Moheildin memutuskan untuk menulis Al Quran sendiri.
“Ini adalah cara saya berterima kasih kepada Allah yang telah memberi saya karunia ini: Melalui tulisan kalam-Nya yang diberkati”
Moheildin, yang juga ikut andil dalam Revolusi Aljazair, mengatakan bahwa dia adalah seorang petani miskin yang harus bekerja demi mendapatkan makanan dan kemudian membesarkan anak-anaknya sehingga dia tidak pernah berkesempatan mendapatkan pendidikan.
Suatu hari, dia berdoa dan memohon, “Ya Allah, tolong jangan membuat saya mati dalam keadaan buta huruf.”
Hari berikutnya, seorang wanita yang bekerja di sebuah masjid terdekat datang dan mengumumkan peluncuran sebuah proyek untuk mengajar orang tua cara membaca dan menulis.
“Saya merasa Allah telah mengabulkan doa saya, jadi saya bergabung pada kelas-kelas tersebut. Itu terjadi pada tahun 1991. “
Pada tahun 1996, Moheildin sudah mampu membaca dan menulis dengan sempurna. Pada tahun 2006 dia memutuskan untuk menulis Al Quran.
“Anak saya telah memberi saya buku catatan 40-halaman sehingga saya bisa belajar kaligrafi dimana saya menulis ayat-ayat pertama dari Quran.”
Ketika dia selesai bab pertama, ia mulai berpikir untuk menulis seluruh isi Al Qur’an.
“Allah memberi saya kekuatan super dan dalam 13 bulan saya mampu menulis salinan Al Quran yang pertama.”
Moheildin mengungkapkan bahw aia bangun setiap hari pada waktu Subuh, kemudian shalat kemudian mulai menulis sambil menyeruput kopi nya. Setiap kali ia menyeleseikan bagian, ia membawanya ke mentornya di masjid untuk revisi.
Salinan kedua berhasil diseleseikan selama lima bulan dan ia terus menulis hingga berhasil menyalin hingga lima salinan Al Qur’an.
“Jari saya ada untuk digunakan menulis kata-kata Allah dan aku tidak bisa melihat diriku melakukan hal lain.”
Dalam bulan suci Ramadhan, Moheildin berencana melanjutkan usahanya.
“Saya dengan ini menyatakan perang terhadap buta huruf kebodohan,” pungkasnya.
Subhanallah… Usia memang bukan alasan bagi kita untuk berhenti belajar. Tak ada kata terlambat untuk mempelajari Islam. Hingga Nyawa berada di kerongkongan kesempatan it uterus terbuka bagi kita untuk mengenal, mencintai, dan berjuang demi tegaknya agama yang diridhoi Allah Ta’ala ini. (rasularasy/arrahmah.com)