LONDON (Arrahmah.com) – Pemerintah Inggris tampaknya mempertimbangkan kaya Somalia yang kaya dengan sumber daya alam sebagai target berikutnya setelah Libya. Anggapan ini muncul setelah Perdana Menteri Inggris mengklaim bahwa negara Afrika ini juga harus menikmati “Musim Semi Arab”.
Seperti halnya Inggris dan sekutu dekatnya menganggap perang di negara-negara penting yang penting secara geopolitik -termasuk Afghanistan, Irak dan Libya- sebagai kemenangan NATO, mereka saat ini memperlihatkan tanda-tanda mengenai sasaran perang berkedok “kemanusiaan” berikutnya.
Analis menekankan bahwa setelah Cina dan Rusia menghambat resolusi PBB pada Suriah, penghasut perang Barat tampaknya mengubah fokus mereka pada target lain, setidaknya untuk sementara waktu.
Sembari terus menggambarkan al Shabaab sebagai penyebab yang mendasari krisis kemanusiaan di Somalia, David Cameron bersikeras bahwa Somalia juga harus mengikuti prospek “Musim Semi Arab”.
Ia menilai, “Al Shabaab hanya anak muda yang mengangkat senjata di Somalia. Kita perlu mengatakan hal tersebut kepada orang-orang agar mereka meninggalkan hal itu. Anda hanya bergabung dengan sebuah organisasi yang sekarang menjadi organisasi teroris internasional.”
“Sebaliknya, marilah kita memberikan negara ini dan para pemudanya harapan pekerjaan dan aspirasi dalam kehidupan perpolitikan,” lanjut Cameron.
Sementara itu, Cameron akan menjadi tuan rumah Konferensi London mengenai Somalia, besok (Kamis_, untuk memperkenalkan langkah baru dalam rangka memerangi terorisme di negara yang dilanda perang itu.
Dia diperkirakan akan meningkatkan kemungkinan serangan udara untuk menyerang sasaran di Somalia selatan, tempat yang disinyalir menjadi pusat logistik dan kamp-kamp pelatihan al Shabaab.
Sementara itu, sekjen PBB, Ban Ki-moon, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, dan Menteri Luar Negeri Kanada, John Baird, adalah salah satu dari sekian utusan tingkat tinggi yang akan dihadiri oleh 50 negara.
Pengamat politik mengklaim bahwa konferensi yang mewah ini hanya akan membenarkan perang lain di Afrika. Sebagai sekutu terdekat Inggris, Perancis dan AS juga dinilai akan sangat mendukung usulan Inggris tentang tindakan militer tersebut.
Media Inggris juga telah mendukung kebijakan perang pemerintah, membuka jalan bagi intervensi militer di Somalia dengan dalih ‘melindungi warga sipil dari ancaman dan kelaparan’.
Sementara itu, BBC menyatakan Inggris sepertinya berharap besar untuk mengambil keuntungan melalui perang terhadap al Shabab dan membantu Somalia membentuk pemerintahan barunya.
Selain itu, Somalia adalah sasaran empuk bagi mesin-mesin perang Barat, karena Somalia merupakan negara yang tidak memiliki infrastruktur militer yang cukup besar atau aliansi untuk mencegah intervensi asing. Ditambah lagi, negara itu saat ini juga dilanda perang saudara, kelaparan, dan bencana alam.
Somalia juga memiliki minyak dan cadangan gas dan beberapa sumber daya alam lainnya seperti Uranium, besi dan seng, dalam jumlah yang sangat besar. Menurut Bank Dunia, Somalia adalah negara dengan cadangan minyak terbesar kedua di Afrika. Provinsi Puntland saja mampu menghasilkan antara 5 dan 10 miliar barel minyak. (althaf/arrahmah.com)