NASARAWA (Arrahmah.com) Sebuah kelompok Muslim terkemuka Nigeria telah mengeluarkan pernyataan yang keras, mengutuk pembunuhan Muslim di luar hukum yang dilakukan tentara Nigeria di negara bagian utara dengan dalih memerangi kelompok Mujahidin Boko Haram dan “terorisme”.
“Tragedi pembunuhan Muslim di luar hukum oleh militer hanya karena kecurigaan, dengan jelas menggambarkan bahwa ummat Islam telah menjadi semacam spesies yang terancam punah, dibunuh tanpa pandang bulu dengan kedok memerangi ‘terorisme’,” sesuai pernyataan yang dikeluarkan oleh Jama’atu Nasril Islam, lapor Spesh’s World pada Selasa (8/4/2014).
Pernyataan Jama’atu Nasril Islam (JNI) disambut dengan serangan di wilayah barat laut Zamfara di mana lebih dari 112 orang tewas dalam serangan oleh kelompok bersenjata tak dikenal pada Sabtu (5/4).
Hal ini juga dikuatkan dengan laporan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Nasional di mana ia mengungkapkan bahwa delapan orang Muslim tewas September lalu oleh pasukan tentara padahal bukan anggota Boko Haram yang diklaim sebelumnya.
Payung kelompok Muslim tersebut juga merujuk pada pembunuhan di luar hukum terhadap 15 Muslim Fulani di Keana di negara pusat Nasarawa.
“JNI tegas mengutuk pembunuhan di luar hukum dari 15 Muslim Fulani di Keana, pemerkosaan dan pembunuhan Binta Usman, para pemerah susu dan semua pelanggaran hak asasi manusia pada umat Islam yang tidak bersalah di Maidugri,” sesuai pernyataan itu.
“Kami sangat menyerukan dunia untuk menyeret ke pengadilan para pelaku pelanggaran terhadap warga tak berdosa yang memiliki hak untuk mempraktikkan agama yang mereka pilih.”
Menurut JNI, korban di Nasarawa diperbolehkan melakukan ritual ajaran Islam oleh gubernur setelah menunjukkan rasa hormat terhadap aturan federal dan bekerja sama dengan negara.
Namun, mereka dibunuh tanpa izin dari badan-badan keamanan.
“Korban-korban ini adalah orang-orang yang telah dibebaskan oleh Gubernur Negara sebagai pencinta perdamaian, orang yang penuh kasih dan taat hukum. Operasi pembunuhan ini dipertanyakan, karena dilakukan tanpa sepengetahuan Kepala Pejabat Keamanan Negara, atau badan-badan keamanan lainnya yang relevan,” kata kelompok itu.
JNI khawatir bahwa para pelaku yang melakukan tindakan genosida terhadap Muslim dapat pergi dan terbebas dari hukuman seperti yang terjadi dengan pembunuhan Apo dan tindakan keji serupa lainnya.
Agenda tersembunyi
Payung kelompok Islam tersebut telah mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan mendesak untuk menghentikan kekerasan yang sedang berlangsung yang menewaskan puluhan Muslim.
“Kami menyerukan kepada semua gubernur kita, politisi dan memang setiap warga negara yang berhati baik untuk mendahulukan positive thinking sebelum melakukan sesuatu,” kata pernyataan itu.
JNI juga menyesalkan tindakan keras dalam “mengamankan” komunitas Muslim sebagai bagian dari agenda tersembunyi yang bertujuan untuk meminggirkan Muslim yang minoritas.
“Kita dapat mengatakan tanpa takut dianggap bertolak belakang dengan fakta di lapangan bahwa ada agenda besar untuk mengacaukan ummat Muslim di Nigeria,” katanya menambahkan.
Jika ada warga Nigeria meragukan agenda tersembunyi guna mengacaukan Muslims di Nigeria, padahal secara sadar tahu bahwa proses pengurangan populasi penduduk Muslim terus dilakukan, maka sebaiknya keraguan terhadap agenda tersembunyi di balik insiden Zamfara State juga harus ditiadakan.
Kelompok ini juga telah menunjuk laporan kepada kelompok hak asasi tentang penyalahgunaan kekuasan militer untuk memusnahkan Muslim di negara Afrika. Mereka mendesak investigasi atas kejahatan anti -Muslim yang dilakukan oleh militer.
“Dimanakah naluri perikemanusiaan dan komitmen personi militer yang seharusnya menjaga keamanan dan perdamaian? Mengapa hal sikap (sebagai penjaga perdamaian) tidak secara otomatis menjadi jiwa petugas keamanan?” tanya JNI.
“Pihak militer seharusnya menyadari bahwa polarisasi agama dalam proses pengamanan Negara sangatlah berbahaya. Hal ini akan memberi dampak negatif terhadap Negara, terutama saat ini, saat Nigeria masih belum sembuh dari luka akibat semua yang kita alami selama ini,” tambah JNI.
Nigeria merupakan salah satu negara dengan komitmen beragama tertinggi di dunia, dimana rakyatnya terdiri atas umat Muslim di utara dan umat Kristen di selatan.
Muslim dan Kristen, dengan rasio 55 : 40 persen dari 140 juta populasi Nigeria (5% suku pedalaman), pernah hidup damai berdampingan selama bertahun-tahun, sebelum akhirnya penduduk Kristen ingin menguasai politik dan lahan-lahan subur yang mayoritas berada di wilayah yang berpenduduk Muslim. (adibahasan/arrahmah.com)