SANAA (Arrahmah.com) – Proyek bantuan kemanusiaan yang didanai oleh Oxfam di Yaman telah berulang kali dibom oleh koalisi yang dipimpin Saudi, kata badan amal Inggris, dikutip RT Minggu (4/11/2018), sembari mengkritik pemerintahnya karena menolak untuk menghentikan dukungan dan pasokan senjata mereka ke Riyadh.
Serangan udara koalisi menghantam fasilitas medis kolera di Abs, provinsi Haji pada bulan Juni meskipun sudah ada pemberitahuan lebih dari 12 kali tentang fasilitas perawatan tersebut, Independent melaporkan. Pada bulan April, jet koalisi juga menghantam sistem pasokan air yang berdampak pada nasib 6.000 orang di negara yang menderita salah satu bencana kemanusiaan terburuk di abad ke-21 ini.
Laporan itu muncul setelah Dina el-Mamoun, dari badan amal Inggris Oxfam, mengatakan kepada Komite Pembangunan Internasional pekan ini bahwa bantuan Inggris telah dibom.
Sebagai tanggapan, kepala advokasi Oxfam, Toni Pearce menggambarkan kebijakan Inggris terhadap Yaman sebagai kebijakan yang “tidak bertanggung jawab dan tidak koheren.
“Di satu sisi, bantuan Inggris adalah vital, di sisi lain, bom Inggris membantu memicu perang yang sedang berlangsung yang menyebabkan banyak nyawa hilang setiap minggunya karena pertempuran, penyakit, dan kelaparan,” katanya.
“Inggris terus menjual senjata ke Arab Saudi, yang telah memutus pasokan makanan penting, menghancurkan rumah sakit dan rumah, dan memukul program bantuan yang dibiayai oleh pembayar pajak Inggris, dengan rentetan pemboman yang dipimpinnya.”
Lebih dari 10.000 orang telah tewas sejak koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 dalam upaya untuk mendorong kembali pemberontak Houtsi.
Tekanan telah meningkat di Inggris dan AS dalam beberapa pekan terakhir untuk mengambil sikap yang lebih kuat pada hubungan dekat mereka dengan Arab Saudi, dimana dua kekuatan ini terus menjual senjata ke rezim kaya minyak yang digunakan untuk membom Yaman.
Pada Selasa pekan lalu dilaporkan bahwa jumlah korban tewas yang nyata di Yaman kemungkinan lima kali lebih tinggi daripada hitungan resmi yang diberikan.
Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED) mengatakan bahwa setidaknya 56.000 orang tewas dalam perang Yaman, angka yang jauh lebih tinggi dari angka 10.000 yang diberikan oleh sebagian besar kantor berita.
Yaman juga telah terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan dengan kelaparan dan penyakit yang mengancam.
Bulan lalu, Save the Children mendesak pemerintah Inggris untuk menangguhkan penjualan senjata ke Arab Saudi setelah pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di konsulatnya di Turki.
Badan amal itu mengatakan, Inggris harus mengikut Jerman yang menghentikan penjualan senjata ke Riyadh sebagai tanggapan keterlibatan Kerajaan dalam kematian Khashoggi.
“Tekanan telah meningkat pada Pemerintah Inggris dalam beberapa pekan terakhir untuk mengambil sikap yang lebih kuat pada hubungan dekat kami dengan Arab Saudi. Penjualan senjata adalah satu aspek yang dapat dan harus ditinjau oleh Inggris. Arab Saudi adalah sekutu,” kata Kevin Watkins, CEO amal tersebut.
“Sudah waktunya bagi Pemerintah Inggris untuk bergabung dengan sekutu-sekutunya dan menangguhkan penjualan senjata ke Arab Saudi dan anggota koalisi lainnya sampai koalisi melakukan penuntutan asli atas dugaan kejahatan perang oleh pasukannya dan meminta para pelaku pertanggungjawaban,” tambahnya. (Althaf/arrahmah.com)