ABUJA (Arrahmah.id) — Sedikitnya 50 wartawan dan 700 pengunjuk rasa ditangkap saat unjuk rasa pada hari Sabtu (3/8/2024) di Abuja, Nigeria.
Demonstrasi terjadi karena krisis ekonomi dan tuduhan pemerintahan yang buruk serta korupsi di negara dengan penduduk terbanyak di Afrika itu.
Dikutip dari Guardian (3/8), Nigeria merupakan salah satu produsen minyak terbesar di benua itu dan pejabat publiknya termasuk yang bergaji terbaik di Afrika, tetapi memiliki penduduk termiskin dan paling kelaparan di dunia.
Di stadion nasional Nigeria tempat puluhan pengunjuk rasa berkumpul, petugas polisi terlihat menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi sesaat sebelum petugas berkerudung yang diyakini berasal dari dinas rahasia Nigeria tiba.
Departemen Luar Negeri Nigeria, yang para operatornya biasanya mengenakan penutup kepala, dengan cepat membubarkan para pengunjuk rasa dan kemudian melepaskan tembakan ke arah wartawan yang masih berada di tempat tersebut, menurut enam wartawan di sana yang berbicara kepada AP secara resmi.
Sebuah video yang dibuat oleh salah satu wartawan menunjukkan para pelaku bersenjata mengejar orang-orang di depan stadion. Kendaraan mereka, yang berjumlah sedikitnya lima, diparkir di samping kendaraan polisi Nigeria.
“Itu mengejutkan karena mereka melihat kami sebagai wartawan dan kami mengatakan kepada mereka bahwa kami adalah wartawan,” kata Abdulkareem Mojeed, salah seorang yang diserang. Sedikitnya tiga lubang peluru menembus mobilnya.
Para wartawan mengatakan mereka berdiri jauh dari para pengunjuk rasa. Mereka mengenakan rompi yang mengidentifikasi mereka sebagai media dan berada di samping kendaraan dengan merek media ketika mereka ditembaki, kata mereka.
Seorang juru bicara dinas rahasia tidak menanggapi pertanyaan AP melalui telepon dan email. Dinas rahasia yang terkenal brutal itu sering dituduh melakukan serangan kekerasan dan penangkapan yang salah.
Di sisi lain, Presiden Nigeria, Bola Tinubu telah mengimbau agar protes segera berakhir setelah terjadi “pertumpahan darah” selama tiga hari demonstrasi
Aktivis Nigeria, Banwo Olagokun mengatakan, demo dilakukan untuk memprotes tingginya inflasi di negara tersebut.
Nigeria telah mengalami inflasi terburuk dalam tiga dekade, yakni 34,19 persen. Upah minimum bulanan yang ditetapkan tidak berubah sejak 2019, yakni 30.000 naira Nigeria atau Rp 301.875.
Inflasi yang tinggi membuat rakyat tidak mampu membeli kebutuhan hidup sederhana, seperti makanan, air, pakaian, dan obat-obatan.
Analis keuangan Tilewa Adebajo menyampaikan, pinjaman jangka panjang pada bank central negara juga dapat memicu inflasi.
Ditambah lagi, masyarakat menuduh pemerintah memiliki kinerja yang buruk dan adanya praktik korupsi.
Selain itu, pembatalan subsidi bahan bakar oleh presiden ditambah dengan devaluasi mata uang juga menambah inflasi di Nigeria.
Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat kategori tidak mampu memilih untuk beli bahan-bahan sisa.
Mereka akan membeli tomat yang hampir busuk, beras dengan kualitas rendah, dan lebih sedikit makanan untuk bertahan hidup. (hanoum/arrahmah.id)