TEL AVIV (Arrahmah.id) — Sedikitnya 21 orang ditangkap dalam aksi protes di Jalan Kaplan, Tel Aviv, usai menuntu pemerintahan Benjamin Netanyahu mundur dan meminta digelarnya pemilu, kata Polisi Israel pada Sabtu (24/2/2024) malam.
Dilansir The Jerusalem Post (24/2), para pengunjuk rasa mengatakan polisi bertindak dengan kekerasan yang berlebihan dan brutal, termasuk dalam insiden yang melibatkan pasukan berkuda.
Dalam pernyataannya, polisi mengatakan, “Kami melanjutkan upaya kami untuk menjaga ketertiban umum dalam menghadapi pengunjuk rasa yang terus melakukan konfrontasi dengan Polisi dan menolak untuk mematuhi instruksi kami serta mengganggu rutinitas warga Tel Aviv.
“Menyusul pelanggaran ketertiban umum, para demonstran bentrok dengan petugas polisi karena terus memblokir jalan,” lanjut pernyataan itu.
Selama pengusiran para demonstran, polisi Israel mengambil tindakan pembubaran seperti penggunaan meriam air, menurut laporan.
Polisi mengakhiri pernyataan mereka dengan mengatakan, “Polisi Israel menganggap hak untuk melakukan protes sebagai landasan di negara demokratis dan mengizinkan protes selama dilakukan dalam kerangka hukum.
Polisi Israel juga menyebut ke-21 tahanan sebagai “pembuat onar” dalam pernyataan mereka, dan menambahkan bahwa “sejumlah pengunjuk rasa datang dengan tujuan untuk menyerang polisi.
Video dari para pengamat dan media Israel menunjukkan pasukan polisi mencambuk pengunjuk rasa serta bentuk kekerasan lainnya.
Pemimpin oposisi Yair Lapid mengutuk kekerasan dalam protes pada Sabtu malam, dengan mengatakan: “Kebrutalan polisi malam ini terhadap para demonstran, termasuk keluarga para sandera.
Hofshi Be’artzenu (Bebas di Tanah Kami), sebuah kelompok payung gerakan yang menyerukan digelar pemilu, mengutuk kekerasan pada hari Sabtu.
“Suara warga Israel yang menuntut penggantian kepemimpinan yang gagal dalam sejarah negara ini tidak akan bisa dibungkam; suara tersebut hanya akan semakin kuat,” kata kelompok tersebut.
Moshe Radman, salah satu aktivis utama dalam protes dan salah satu pemimpin demonstrasi anti-reformasi peradilan tahun lalu, terekam setelah ditangkap pada Sabtu malam dengan menyatakan, “Kami hanya punya waktu beberapa minggu untuk membubarkan Knesset dan mengeluarkannya.”
Elai Hogeg Golan dari Kibbutz Kfar Aza, yang terluka parah pada tanggal 7 Oktober, berbicara pada protes pada Sabtu malam, mengatakan, “Saya dibius selama hampir dua bulan dan sejak itu saya menjalani rehabilitasi. Kami berjuang untuk hidup kami. Setiap hari, setiap jam – dan sekarang – adalah waktunya untuk berjuang demi masa depan kita; demi negara yang sangat kita cintai ini.
“Saya berteriak di sini hari ini atas nama teman-teman saya, keluarga saya, kibbutz saya, para sandera: Kembalikan mandat kepada rakyat! Pergi ke tempat pemungutan suara sekarang!” (hanoum/arrahmah.id)