WASHINGTON (Arrahmah.id) – Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi di Washington DC saat Presiden Amerika Joe Biden bertemu dengan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Kamis (25/7/2024) sementara jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat.
Menuntut diakhirinya segera serangan militer ‘Israel’ yang sedang berlangsung di daerah kantong yang terkepung itu, para pengunjuk rasa meneriakkan “Kami tidak akan berhenti berjuang untuk kebebasan Gaza,” dan “Tangkap Netanyahu”, serta menyebutnya sebagai “penjahat perang.”
Para pengunjuk rasa juga membawa patung Netanyahu dengan tangan berlumuran darah dan tanda “Dicari karena kejahatan terhadap kemanusiaan” di dadanya.
Pertemuan Biden-Netanyahu terjadi satu hari setelah pemimpin ‘Israel’ itu berpidato di hadapan sidang gabungan Kongres AS yang juga diprotes oleh ribuan orang di Washington.
Pidato Diboikot
Dalam pidatonya yang berdurasi satu jam, Netanyahu menyangkal bertanggung jawab atas penderitaan warga sipil di Gaza dan bersumpah untuk “berjuang sampai kita mencapai kemenangan.”
Ia mendapat puluhan tepuk tangan meriah dari mereka yang hadir, meskipun sekitar setengah dari seluruh anggota Kongres Demokrat memilih untuk memboikot pidatonya.
Pemimpin ‘Israel’ juga mengkritik keras para demonstran anti-‘Israel’ dengan menyebut mereka sebagai “orang-orang bodoh yang berguna bagi Iran.”
Ketika dimintai komentar mengenai pernyataan Netanyahu terkait protes tersebut, Gedung Putih berusaha menjauhkan diri dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby dengan mengatakan, “Itu bukan frasa yang akan kami gunakan.”
Namun dia menambahkan “bahwa Iran pasti telah mencoba ikut campur di sini.”
“Mereka mencoba untuk menimbulkan perpecahan. Mereka jelas telah memberikan kontribusi terhadap pendanaan sejumlah pengunjuk rasa. Namun, saya pikir menggolongkan semua orang dengan cara seperti itu adalah hal yang tidak menguntungkan dan tidak mencerminkan situasi yang akurat,” kata Kirby kepada wartawan.
“Sebagian besar aksi protes di Amerika Serikat berlangsung damai. Sebagian besar bersifat organik. Aksi protes itu datang dari orang-orang yang punya masalah nyata, dan itulah demokrasi,” katanya.
Setidaknya 96 anggota parlemen memboikot pidato Netanyahu, hampir dua kali lipat jumlah Demokrat yang memboikot pidatonya tahun 2015, menurut kantor berita Anadolu.
Bersalah atas Genosida
Selama pidato Netanyahu, Perwakilan Demokrat Rashida Tlaib mengenakan keffiyah dan bendera Palestina, dan mengangkat tanda hitam-putih dengan tulisan “penjahat perang” di satu sisi dan “bersalah melakukan genosida” di sisi lainnya.
“Mereka tidak akan menghapus kita. Orang Palestina ada dan kita berhak untuk hidup. Kehadiran kita hari ini akan menjadi pengingat bahwa kita tidak akan pergi ke mana pun,” ujar Tlaib berapi-api mengenai kehadirannya dalam pidato tersebut.
“Saya tidak akan pernah mundur dalam menyuarakan kebenaran kepada penguasa. Pemerintah apartheid ‘Israel’ melakukan genosida terhadap warga Palestina,” lanjut Tlaib.
Nancy Pelosi, mantan ketua DPR AS, menyebut pidato perdana menteri ‘Israel’ sebagai “pidato terburuk” dari seorang pemimpin asing dalam sejarah AS.
“Presentasi Benjamin Netanyahu di Ruang DPR hari ini sejauh ini merupakan presentasi terburuk dari semua pejabat asing yang diundang dan diberi kehormatan untuk berpidato di hadapan Kongres Amerika Serikat,” kata Pelosi di X.
Netanyahu juga dijadwalkan bertemu dengan Wakil Presiden Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden bulan November. Perdana menteri ‘Israel’ tersebut juga akan bertemu dengan Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik dan mantan presiden, di Florida. (zarahamala/arrahmah.id)