KOLOMBO (Arrahmah.id) – Para pengunjuk rasa anti-pemerintah telah kembali ke jalan-jalan di ibu kota Sri Lanka dan mengatakan mereka akan melanjutkan pemberontakan selama berminggu-minggu setelah parlemen memilih penjabat pemimpin Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru negara itu.
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di situs GotaGoGama di Kolombo pada Rabu (20/7/2022) di mana baru minggu lalu mereka merayakan pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa sebagai presiden.
Berbicara kepada orang banyak, para pemimpin protes menolak untuk menerima enam kali Perdana Menteri Wickremesinghe (73), sebagai kepala negara baru, menganggapnya bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.
“Seperti yang Anda ketahui, parlemen memilih presiden baru hari ini, tetapi presiden itu bukan orang baru bagi kami, itu bukan mandat rakyat,” Wasantha Mudalige, pemimpin Federasi Mahasiswa Antar Universitas, mengatakan dihadapan orang banyak, lansir Al Jazeera.
“Kami berhasil mendepak Gotabaya Rajapaksa yang memperoleh 6,9 juta suara, tetapi Ranil Wickremesinghe kini telah mengamankan kursi itu dari kursi belakang,” tambahnya. “Ranil bukan presiden kita, mandat rakyat ada di jalanan.”
Para pengunjuk rasa juga menuduh Wickremesinghe membuat kesepakatan dengan keluarga Rajapaksa yang berkuasa untuk mengalahkan saingan politiknya. Penunjukan Gotabaya Rajapaksa atas Wickremesinghe sebagai perdana menteri pada bulan Mei dan kemudian penjabat presiden setelah dia meninggalkan negara itu pada bulan Juli semakin membuat marah para pengunjuk rasa, yang ingin elit penguasa negara itu pergi.
Para pengunjuk rasa membakar kediaman pribadi Wickremesinghe dan menduduki kantornya selama protes pekan lalu.
Pada protes pada Rabu, pembicara demi pembicara – termasuk biksu Buddha, pendeta Katolik, mahasiswa dan seniman – menolak untuk mendukung pilihan parlemen.
“Ranil Wickremesinghe harus tahu bahwa jutaan orang di jalanan jauh lebih besar dari 134 orang,” kata seniman Jagath Manuwarna, merujuk pada 134 anggota parlemen yang memilih Wickremesinghe.
Sementara petasan perayaan terdengar di beberapa bagian negara itu minggu lalu ketika orang-orang Sri Lanka mendengar Rajapaksa telah mengundurkan diri beberapa hari, tidak ada perayaan seperti itu yang menyambut penunjukan Wickremesinghe, dengan hanya puluhan pendukungnya terlihat merayakan di jalan-jalan.
Banyak pengunjuk rasa Sri Lanka juga tidak terkesan dengan saingan utama Wickremesinghe pada pemilihan hari ini, Dullas Alahapperuma, karena ia tidak memiliki pengalaman pemerintahan di negara yang berhutang sangat banyak dan membutuhkan dana talangan Dana Moneter Internasional. (haninmazaya/arrahmah.id)