KABUL (Arrahmah.id) — Sekitar 300 pria pendukung Imarah Islam Afghanistan yang dipimpin Taliban berdemonstrasi di Kabul pada Jumat (21/1/2022) dengan meneriakkan; “Kami ingin hukum Syariah” dan “Kami menginginkan jilbab, bahkan jika kami mati karenanya”.
Dilansir AFP (22/1), aksi unjuk rasa damai itu mereka lakukan sebagai respon terhadap sejumlah aktivis wanita yang menginjak burqa (ket: pakaian khusus muslimah Afghanistan) dan menolak menggunakan hijab dalam protes baru-baru ini.
Sambil memegang poster-poster perempuan bercadar, massa menuduh aktivis hak-hak perempuan yang turun ke jalan beberapa waktu lalu sebagai “tentara bayaran”.
Sebelumnya pada Ahad lalu, tak kurang dari 25 wanita melakukan protes menentang kebijakan baru Taliban yang meminta kaum perempuan untuk menggunakan hijab.
Menurut sejumlah aktivis, polisi agama Taliban kemudian mengancam akan menembak para aktivis itu.
Ancaman itu diungkap dua anggota staf LSM kepada AFP.
“Mereka memberi tahu kami…jika staf wanita datang ke kantor tanpa mengenakan burqa, mereka akan menembaknya,” kata seorang aktivis yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Menurutnya, perempuan juga harus didampingi untuk bekerja oleh wali laki-laki.
Mereka juga mengatakan bahwa 10 pria bersenjata dari divisi intelejn Taliban menyerbu sebuah kondominium di Kabul, mendobrak pintu dan menangkap seorang aktivis hak-hak perempuan, Tamana Zaryabi Paryani, dan tiga saudara perempuannya, pada Kamis (20/1).
Namun, dilansir Khamaa Press (22/1), Menteri Dalam Negeri Imarah Islam Afghanistan menolak tuduhan itu. Bahkan juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan bahwa berita Paryani ditangkap adalah hoak. (hanoum/arrahmah.id)