KAIRO (Arrahmah.com) – Ratusan pengunjuk rasa anti-pemerintah turun ke jalan di Giza Mesir pada Ahad (20/9/2020). Para demonstran memegang spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan Presiden Mesir Abdel Fatah Al-Sisi untuk mundur.
Sebagian pengunjuk rasa membakar mobil polisi serta melemparkan batu ke arah pasukan keamanan yang mencoba menghentikan mereka.
Aksi unjuk rasa pun terjadi di sejumlah daerah seperti Al-Basateen, Maadi, Madinat Nasr, serta distrik-distrik tempat kedutaan besar dan orang asing.
Di beberapa daerah, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Senin (21/9), pasukan keamanan menembakkan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa. Akibatnya beberapa toko terpaksa tutup.
Protes dimulai pasca mantan kontraktor militer Mohamed Ali, menyerukan protes anti-pemerintah pada 20 September untuk memperingati satu tahun sejak demonstrasi serupa diluncurkan di negara itu.
Sebagai tanggapan, pihak berwenang melancarkan “tindakan keras terbesar” di bawah pemerintahan Al-Sisi.
Menurut Amnesti Internasional lebih dari 2.300 orang ditangkap akibat demo anti Sisi ini.
Ali, yang tinggal di pengasingan di Spanyol, berharap warga Mesir mau kembali melakukan demonstrasi melawan pemerintah di tengah kondisi kehidupan yang memburuk.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pekan lalu, Ali berkata: “Jika lima juta orang turun ke jalan [ket: pada hari Ahad], tidak ada yang akan ditangkap sama sekali.
“Terakhir kali [Ket: September 2019], para demonstran kembali ke rumah mereka, yang memudahkan rezim untuk menangkap mereka,” tambahnya.
Dalam videonya, Ali meminta pengunjuk rasa untuk tetap berada di luar sampai tuntutan mereka dipenuhi. “Orang Mesir bersatu. Karena cinta kepada rakyat Mesir, ambil kembali negaramu lagi. Jangan serahkan di tangan Al-Sisi,” katanya. “Jangan pulang. Jika kita pulang, mereka akan menahan kita. Kita berada di jalanan dan sekarang kita harus tetap di sana.”
William Lawrence, mantan diplomat Amerika Serikat (AS) dan profesor ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas Amerika, mengatakan protes kemarin tidak terlalu besar dan meluas karena Mesir telah melakukan tindakan pencegahan.
“Ada lebih dari 1.000 penahanan dan ada tindakan keras berupa penangkapan intelektual, mahasiswa, warga negara biasa untuk mencegah protes yang lebih besar,” katanya kepada Al Jazeera. (Hanoum/Arrahmah.com)