(Arrahmah.com) – “Kami akan bunuh siapapun yang membunuh sadara-saudara kami”, demikian salah satu hal yang diungkapkan kepada Kedubes Myanmar di Jakarta, pada demo FUI Jum’at (3/5/2013).
Sekitar 15 perwakilan ormas Islam diterima masuk ke dalam kedutaan besar Myanmar pada unjuk rasa Forum Umat Islam Jum’at (3/5) di Jakarta, antara lain Habib Rizieq Syihab, Ustadz Abu Muhammad Jibril, KH. Muhammad Al Khaththath, Ustadz Nanang Ainur Rofiq, Ustadz Bernard Abdul Jabbar dan lain-lain. Arrahmah.com mendapatkan kesempatan ikut masuk menyertai mereka. Berikut ini cuplikannya.
Habib Rizieq Syihab mengatakan, “Kenapa pemerintah Myanmar sampai saat ini masih memberlakukan undang undang (UU) yang mencabut kewarganegaraan muslim Rohinya, sebab UU tersebut telah memicu genocide yang dilakukan umat Buddha terhadap umat Islam di sana. Jadi ini bukan konflik horizontal tapi ini adalah genocide. Kita mau tahu apa yang dilakukan pemerintah Myanmar dalam mengatasi persoalan ini. Presiden Indonesia waktu berpidato di PBB supaya UU itu dibatalkan, dan hak warga muslim Rohingya diberikan kewarganegaraan, hingga saat ini tidak ada tindakan apapun dari pemerintah Myanmar, berarti pemerintah Myanmar menyetujui genocide.“
Menjawab tuntutan umat Islam dalam demo ini, staf kedubes Myanmar mengatakan bahwa tidak ada dialog hari ini, karena merasa tidak berwenang karena duta besar sedang keluar menghadiri acara ASEAN. Tetapi staf kedubes mengatakan bahwa semua akan disampaikan kepada duta besar.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Rizieq juga menyampaikan beberapa tuntutan berikut:
-
Mengembalikan etnis muslim Rohingnya karena mereka adalah penduduk asli arakan bukan pendatang.
-
Bertindak tegas untuk menghentikan genocide di Myanmar.
Habib Rizieq menekankan bahwa, “Jika tidak, kami dari NGO-NGO (ormas-ormas red) Islam Indonesia maupun yang ada di seluruh wilayah ASEAN akan datang ke Myanmar untuk berjihad. Kami akan bunuh siapa pun yang membunuh saudara kami. Kita punya data-data berupa film, foto. Jangan sampai peristiwa di Myanmar ini akan mengganggu ketentraman di ASEAN. Artinya di ASEAN ini warga Buddha banyak, di Indonesia mayoritas muslim. Akan mengganggu ketentraman seluruh ASEAN. Myanmar akan didatangi mujahidin seluruh dunia, di Filipina Selatan, Thailand Selatan, Bosnia, checnya.”
Sementara itu Ustadz Abu Muhammad Jibriel memprotes keras atas penerimaan yang tidak baik dari Kedubes Myanmar terhadap tamu yang notabene perwakilan umat Islam Indonesia. “Islam mengajarkan adab, bahwa kalau ada tamu yang datang wajib diterima dengan baik, ditempat yang sesuai sebagaimana menerima orang-orang (tamu-tamu red) lain. Pada hari ini kami merasa terhina, karena kami tidak diterima sebagaimana layaknya, kami diterima di ruangan yang kecil dan tidak ada AC-nya. Ini suatu penghinaan. Dengan penghinaan ini kami berdoa semoga dibalas oleh Allah. Berikutnya kalau kami datang ke sini lagi, kami tidak akan menerima diperlakukan seperti ini. Ini ajaran Allah untuk manusia seluruhnya, tidak ada sorang pun yang ingin dihina, didzalimi, didiskriminasi, dibantai, dibunuh, diperkosa haknya. Itulah tuntutan kami, supaya ini berlaku untuk alam semesta. Dan kami menuntut segera supaya kedzaliman, pembantaian, pengusiran umat Islam dihentikan oleh pemerintah Myanmar. Jika tidak, kami pertama kali akan berdoa kepada Allah supaya kedutaan ini dihancurkan dan negara Myanmar akan dihancurkan oleh Allah. Itulah yang kami dapat dari nabi kami. Ad du’a silahul muslim, doa senjata orang beriman yang paling canggih,” tutur ustadz Abu Jibriel.
(azmuttaqin/arrahmah.com)