LAHORE (Arrahmah.com) – Tiga polisi Pakistan tewas dalam aksi damai yang berujung bentrokan pada Jumat (22/10/2021). Demo yang dilakukan pendukung partai Tehrik-e-Labaik Pakistan (TLP) ini menuntut agar pemimpin mereka dibebaskan usai memprotes kartun Nabi Muhammad di majalah Charlie Hebdo dan mengusir duta besar Prancis beberapa waktu lalu.
Koordinator media TLP Saddam Bukhari mengatakan polisi menyerang unjuk rasa damai tetapi Ketua Menteri Punjab Usman Buzdar, menuduh sebaliknya.
“Mereka telah meyakinkan kami bahwa mereka akan tetap damai tetapi mereka berubah menjadi kekerasan,” kata Usman, dilansir AFP (23/10).
Keadaan berubah menjadi bentrokan pasca polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa pendukung TLP.
Salah satu massa TLP yang panik kemudian menabrakan kendaraan ke arah polisi yang berkumpul di kota timur Lahore untuk pawai di ibu kota Islamabad, lansir Channel News Asia (23/10).
Protes, atas serangkaian karikatur yang diterbitkan di majalah satir Prancis Charlie Hebdo tahun lalu, mengikuti bentrokan serius pada bulan April di mana setidaknya lima polisi dan tiga aktivis tewas dan ratusan lainnya terluka.
Menyusul bentrokan pada April lalu di mana aktivis TLP memblokir jalan raya, kereta api dan rute akses ke kota-kota dan melawan polisi, pihak berwenang menangkap pemimpin mereka, Saad Hussain Rizvi dan melarang kelompok itu.
Rizvi telah ditahan sejak penangkapannya dan pemerintah telah menetapkan TLP sebagai gerakan teroris.
Pihak berwenang telah mencoba untuk bernegosiasi dengan kelompok itu, yang mengumpulkan para pendukungnya di luar markas besarnya di Lahore selama dua hari terakhir, tetapi negosiasi itu gagal dan kelompok itu meminta para pendukung dari seluruh Pakistan untuk berkumpul di ibu kota Islamabad.
Arteri utama ke dan dari Lahore dan Islamabad diblokir dengan kontainer pengiriman untuk mencegah demonstran memasuki kota. Area diplomatik di Islamabad, tempat sebagian besar kedutaan asing berada, juga diblokir.
Hampir 1.000 polisi terluka dalam bentrokan pada bulan April, yang dihentikan hanya setelah pemerintah mengumumkan pemungutan suara parlemen untuk mengusir duta besar Prancis atas penerbitan karikatur Nabi Muhammad oleh majalah satir Charlie Hebdo yang berbasis di Paris.
Majalah tersebut pertama kali menerbitkan kartun pada tahun 2006, dan membuat marah jutaan orang Muslim yang menganggapnya sangat menghina. Majalah itu menerbitkannya kembali tahun lalu untuk menandai pembukaan persidangan atas serangan mematikan terhadap majalah tersebut oleh militan pada tahun 2015. (hanoum/arrahmah.com)