MEKAH (Arrahmah.id) — Area bangunan Kabah di kota Mekah ditutup sejak Sabtu (9/12/2023). Penutupan ini menyebabkan jamaah umrah tidak bisa menyentuh, melihat atau mencium Hajar Aswad. Namun demikian, jemaah masih bisa melakukan tawaf dan ibadah lainnya termasuk salat atau berdoa.
Dikutip dari Saudi Gazette (10/12), penutupan disebabkan pemeliharaan secara berkala yang dilakukan Kerajaan Arab Saudi yang diawasi Departemen Manajemen Proyek Kementerian Keuangan Arab Saudi dan lembaga pemerintah lainnya.
Pemeliharaan Kabah merupakan tindak lanjut dari Penjaga Dua Masjid Suci Pemerintah Raja Salman dalam merawat Kabah secara berkala. Ini juga bertujuan memuliakan dan melestarikan semua elemen Rumah Allah sehingga tetap dalam kondisi terbaiknya.
Pemeliharaan ini juga datang dari arahan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dan di bawah bimbingan Putra Mahkota serta Perdana Menteri Mohammed Bin Salman. Ini merupakan bentuk komitmen Kerajaan Arab Saudi untuk memfasilitasi kelancaran pelaksanaan ibadah di Mekah.
Menurut Time News, pekerjaan konstruksi berlangsung di sekitar Ka’bah dan ditutupi dengan pagar tinggi sehingga tidak terlihat bagian dalamnya. Selain itu, Hijr Ismail yang terletak di sisi utara Kabah juga akan ditutupi, tempat sebagian besar perbaikan dilakukan.
Akibat renovasi tersebut, jemaah umrah tidak dapat menyentuh Kabah dan melihat Hajar Aswad, atau melakukan ritual mencium batu suci tersebut. Namun demikian, mereka tetap bisa menyelesaikan tawaf serta ibadah lainnya termasuk Namaz tanpa hambatan apa pun. Mereka juga bisa melihat area dari pintu Kabah hingga ke atas.
Bukan pertama kali, penutupan Kabah sudah beberapa kali terjadi. Penutupan ini sempat terjadi selama 2,5 tahun karena pandemi Covid-19 dan dibuka kembali pada Agustus 2022.
Tak hanya itu, penutupan Kabah terjadi pada musim haji 886 M atau dikenal sebagai Tragedi Qaramithah. Kala itu, segerombolan kaum Qaramithah, termasuk Syiah Ismailiyah di bawah pimpinan Abu Thahir Sulaiman bin Abu Said al-Husain al-Janabi membuat onar di Mekah. Mereka juga mencuri batu mulia hingga menyebabkan Kabah tanpa Hajar Aswad selama 22 tahun.
Selanjutnya, ada pula Wabah kolera dan meningitis yang menyebar ke semenanjung Arab setelah abad ke-19. Wabah itu menyebabkan sekitar 8.000 orang meninggal. Alhasil, Pemerintah Saudi melarang peziarah ke Mekah sejak 1837 hingga 1892.
Terakhir, penutupan karena perebutan Kabah pada 20 November 1979. Masa itu, Juhayman al Otaybi menyerbu Kabah dan menyatakan beberapa tuntutan politik, termasuk pembubaran rezim Saudi. Ia juga menuntut mengakhiri hubungan kerajaan dengan Amerika Serikat, penghentian penjualan minyak ke negara-negara Barat, dan penutupan pangkalan militer asing di tanah suci.
Pemerintah Saudi kemudian melancarkan serangan balik dibantu Barat dan berlangsung sekitar 15 hari. Selama penyerbuan, Kabah ditutup dua pekan dan sebanyak 127 tentara Saudi, 117 pendukung Juhayman, dan 26 warga sipil tewas.
Sebagai informasi, Kantor Manajemen Proyek Kementerian Keuangan Saudi telah mengambil alih proyek Penjaga Dua Masjid Suci untuk memperluas Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Termasuk pula pemeliharaan Kabah yang sebelumnya dilaksanakan pada Syawal 1440 H dan Dzulhijjah 1442 H. (hanoum/arrahmah.id)