(Arrahmah.com) – Ketua Tim Delegasi Uni Afrika menyatakan ada kemungkinan Uni Afrika memilih opsi invasi militer ke Azawad untuk memerangi mujahidin Anshar al-Din yang telah memproklamirkan Imarah Islam Azawad di Mali Utara.
Dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Jazeera di Nawaksuth, Mauritania pada Kamis (28/6/2012), Ketua Tim Delegasi Uni Afrika menjelaskan bahwa Uni Afrika tengah mencari solusi damai politik untuk mengatasi krisis yang terjadi di Mali. Namun Uni Afrika tidak memungkiri penggunaan invasi militer jika opsi damai menemui jalan buntu.
Dikutip oleh Al-Jazeera, Ketua Tim Delegasi Uni Afrika menyebutkan bahwa Majlis Umum PBB telah meminta penjelasan dari Uni Afrika terkait kemungkinan penggunaan invasi militer untuk memerangi kelompok-kelompok bersenjata Islam di Mali Utara.
Usulan pembentukan pasukan Uni Afrika yang mendapat dukungan PBB guna melakukan invasi militer di Azawad pertama kali diajukan oleh Ketua Uni Afrika, Thomas Boni Yayi, pada Rabu (30/5) dalam pertemuannya dengan presiden Prancis, Francois Hollande.
Para rezim sekuler anggota Uni Afrika mengusulkan pembentukan satu pasukan Uni Afrika secepat mungkin guna memerangi mujahidin Anshar al-Dien di Mali Utara. Beraliansi dengan Front Pembebasan Nasional Azawad (FNLA), mujahidin Anshar al-Din telah menguasai tiga propinsi terbesar di Mali Utara dan menegakkan Imarah Islam Azawad.
Di ketiga propinsi terbesar yang dikuasainya di Mali Utara, Imarah Islam Azawad telah menjalankan syariat Islam. Hal itu mengundang kekhawatiran para rezim sekuler di Afrika Barat dan Afrika Utara. Kokohnya kekuatan mujahidin yang menjalin kerjasama dengan jaringan Al-Qaeda di Negeri Magrib Islam itu dianggap mengancam kekuasaan rezim-rezim sekuler dan kepentingan negara-negara salibis Barat di benua Afrika.
Rezim-rezim sekuler di Afrika Barat dan Afrika Utara ingin mengeroyok mujahidin Anshar al-Dien, seperti yang telah mereka lakukan terhadap mujahidin Ash-Shabab di Somalia.
“Kita dapat mengambil contoh dari Somalia, di mana pasukan Uni Afrika beroperasi dengan dukungan PBB. Kita dapat mencontoh ini. Penyelesaian (militer) ini harus dicapai melalui dialog, tetapi jangan berlangsung terlalu lama. Kita tidak ingin satu Afghanistan di Afrika Barat. Masalah stabilitas bukannya tidak dapat dirundingkan,” kata Boni Yayi dalam pertemuan dengan presiden Prancis, Selasa (29/6/2012).
(muhib almajdi/arrahmah.com)