SURIAH (Arrahmah.com) – Warga Suriah di kota Al Malikiyah mengais sampah botol plastik, kaleng aluminium, pakaian, terkadang spageti atau roti untuk mencari makanan sisa.
Beberapa orang memasukkan potongan roti pipih yang mereka dapatkan ke dalam tas yang tergantung di pinggangnya. Sebagian lain meraih sisa sebungkus spageti.
Di sudut lain, sebagian pengungsi focus mencari pakaian dan sepatu bekas mengingat musim dingin yang telah tiba.
Umm Mustafa, seorang ibu berusia empat puluhan, mengatakan dia sering datang ke situs itu untuk mencari sesuatu untuk membantu menopang keluarganya.
“Terkadang kami menemukan jeruk yang masih bisa dimakan atau apel yang dibuang orang,” katanya, seperti dilansir France24 (19/1/2021).
Kondisi mereka akan menyemut berburu sampah segar ketika sebuah traktor menarik sampah di tempat pembuangan sampah di timur laut Suriah.
Hampir 10 tahun perang di Suriah telah merusak ekonomi dan membuat nilai pound Suriah anjlok.
Harga pangan meningkat tiga kali lipat di seluruh negeri sejak November 2019, kata badan bantuan pangan PBB.
Di timur laut yang dikuasai Kurdi, sudah pada 2019 lebih dari 60 persen orang menderita kerawanan pangan, menurut Program Pangan Dunia.
Umm Mustafa mengatakan kelima putrinya, yang tertua berusia 17 tahun, sering bekerja bersamanya sementara suaminya, seorang penggembala, menjaga kawanan kecil mereka.
“Karena krisis dan kenaikan harga, kami berjuang untuk bertahan,” kata Umm Mustafa.
Menurutnya, hari-hari terbaik adalah saat truk membawa makanan sisa dari restoran.
“Beberapa di antaranya bersih,” katanya.
Di lain waktu, “kami mengobrak-abrik limbah rumah sakit meski berbahaya,” tambah Umm Mustafa.
“Tapi kita harus melakukannya, karena tidak ada pilihan lain.” (Hanoum/Arrahmah.com)