JAKARTA (Arrahmah.com) – Delegasi Taliban yang dipimpin oleh wakil amir, Abdul Ghani Baradar berkunjung secara resmi ke kantor MUI pada Selasa (30/7/2019).
Dalam kunjungan tersebut delegasi Taliban bertemu dengan sejumlah pimpinan MUI di antaranya adalah Ketua MUI Bidang Hubungan Internasional Muhyiddin Junaidi, Waketum MUI Yunahar Ilyas dan Zainut Tauhid Saadi, serta Wasekjen Zaitun Rasmin.
Muhyidin mengatakan bahwa kedatangan delegasi Taliban ke MUI merupakan sebagai rangkaian silaturahmi sesama ulama.
“Sebetulnya kedatangan rombongan (Taliban) itu ada kerja sama dengan kantor Wapres RI, Pak Jusuf Kalla. Mereka delapan orang ini di bawah pimpinan Abdul Ghani Baradar berkunjung ke MUI untuk silaturahim karena sesama ulama,” ujar Muhyiddin, sebagaimana dilansir CNNIndonesia.com.
Kepada para tamunya, MUI memberikan saran agar Afghanistan bisa menyelesaikan situasi panas di dalam negerinya. Apalagi mereka mengabarkan bahwa Amerika Serikat akan menarik pasukannya dari sana.
Setidaknya ada tiga saran yang disampaikan pimpinan MUI kepada pimpinan Taliban dalam pertemuan tersebut.
“Bahwa Afghanistan perlu membangun organisasi payung yang mampu menaungi dan mengkoordinasi semua ormas agama, seperti MUI di sini, di mana ormas-ormas itu ditampung dan setiap persoalan dimusyawarahkan bersama,” ujar Muhyiddin.
Kedua, MUI menyarankan Afghanistan membentuk Komite Nasional guna memberikan maaf kepada semua warga yang pernah melakukan tindak kesalahan.
Ketiga, lanjut Muhyiddin, pihaknya menyarankan intensitas kunjungan tokoh-tokoh Islam dan tokoh ormas di antara Indonesia dan Afghanistan.
“Mereka bilang, insyaAllah Afghanistan akan belajar banyak dari Indonesia,” imbuhnya.
Dari pertemuan tersebut didapatkan informasi bahwa Afghanistan hendak bekerja sama dengan Indonesia. Mereka memilih Indonesia karena sejumlah faktor dari mulai hubungan diplomasi di dunia internasional, serta penerapan demokrasi yang tak bertentangan dengan Islam.
“Mereka menilai Indonesia berhasil sebagai negara muslim terbesar dalam menerapkan nilai nilai demokrasi modern,” kata Muhyiddin. (rafa/arrahmah.com)