KABUL (Arrahmah.id) – Menteri Luar Negeri Norwegia, Anniken Huitfeldt, mengumumkan bahwa kementeriannya “mengundang tiga orang dari pegawai negeri sipil di Kabul untuk berpartisipasi dalam Forum Oslo tahun ini,” seraya menambahkan bahwa “mereka tidak berasal dari kepemimpinan politik Taliban.”
Di forum yang sedang berlangsung saat ini, para perwakilan tersebut akan bertemu dengan “masyarakat sipil Afghanistan dan perwakilan dari negara-negara lain untuk membicarakan tantangan-tantangan utama di Afghanistan,” kata Huitfeldt, seperti dilansir Tolo News (13/6/2023).
Juru bicara kementerian luar negeri Imarah Islam Afghanistan, Hafiz Zia Ahmad Takal, mengonfirmasi bahwa delegasi Imarah Islam Afghanistan ikut serta dalam pertemuan tersebut.
Menurut Takal, Abdul Qahar Balkhi dari Kementerian Luar Negeri, Shamsuddin Mansour dari Kementerian Dalam Negeri, dan Rohullah Omar dari Kementerian Pertahanan ikut serta dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan tersebut akan berlangsung selama tiga hari.
“Pertemuan Norwegia diselenggarakan oleh LSM-LSM yang memiliki pengalaman bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang memiliki latar belakang kekerasan, dan untuk itu, mereka menerima uang dari pemerintah mereka. Mereka yang datang dari Kabul tidak memiliki otoritas untuk bernegosiasi,” kata Torek Farhadi, seorang analis politik.
Sementara itu, Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan kesempatan besar untuk mendiskusikan tantangan-tantangan di Afghanistan.
“Kami memahami bahwa akan ada perwakilan dari banyak negara dalam konferensi ini dan ini adalah kesempatan besar untuk membahas tantangan-tantangan di Afghanistan, termasuk situasi kemanusiaan. Pemicu krisis kemanusiaan yang kita hadapi di sini termasuk situasi ekonomi yang mengerikan hanya dapat diselesaikan melalui dialog. Kami berharap dialog ini akan terus berlanjut, termasuk dengan kembalinya para diplomat ke Kabul, Afghanistan,” ujar Neil Turner, Country Director untuk Afghanistan.
Sementara itu, beberapa aktivis hak-hak perempuan Afghanistan mengklaim bahwa pertemuan semacam itu tidak akan membantu situasi perempuan di Afghanistan.
“Pertemuan ini bisa berlangsung selama satu minggu atau tiga hari, pertemuan semacam ini tidak akan mengubah kondisi Afghanistan, yang terjadi hanyalah negosiasi,” ujar Suraya Paikan, seorang aktivis hak-hak perempuan. (haninmazaya/arrahmah.id)