KAIRO (Arrahmah.id) – Delegasi senior Hamas telah meninggalkan Kairo tanpa mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan-tawanan, menyusul beberapa hari negosiasi tingkat tinggi dengan pejabat intelijen Mesir dan mediator Qatar, sumber mengonfirmasi kepada edisi bahasa Arab The New Arab.
Namun, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan konsultasi mengenai proposal yang diajukan selama pembicaraan, kata sumber tersebut.
Diskusi tersebut dipimpin oleh Kepala Intelijen Umum Mesir Mayor Jenderal Hassan Rashad dan mencakup koordinasi dengan pejabat Qatar yang terlibat dalam upaya mediasi yang sedang berlangsung.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa Hamas dengan tegas menolak setiap saran untuk melucuti senjata, dan bersikeras bahwa senjata kelompok itu adalah hak sah rakyat Palestina.
Pejabat itu menambahkan bahwa beberapa proposal diajukan dalam beberapa pekan terakhir untuk memenuhi tuntutan ‘Israel’ mengenai pelucutan senjata faksi-faksi bersenjata dan pemecatan kepemimpinan mereka – proposal yang secara kolektif ditolak oleh semua faksi Palestina, bukan hanya Hamas.
Sumber Mesir lainnya mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut mencakup komunikasi tidak langsung dengan mediator Amerika.
Menurut sumber tersebut, Hamas menyatakan kesediaannya untuk membebaskan sembilan tawanan ‘Israel’, tetapi pejabat AS meminta jumlah tersebut ditingkatkan. Mereka juga menawarkan jaminan bahwa jika Hamas menyetujui jumlah yang lebih tinggi, Washington akan mendorong ‘Israel’ untuk bergerak maju melaksanakan fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada 17 Januari.
Namun, delegasi Hamas dilaporkan menolak usulan AS tersebut, karena dianggap kurang jelas dan tidak memiliki komitmen yang mengikat. Tawaran itu, jelas sumber tersebut, hanya menyerukan dimulainya pembicaraan mengenai kemungkinan transisi ke tahap kedua, yang akan mencakup gencatan senjata penuh dan penarikan pasukan ‘Israel’ dari Gaza, tetapi tidak menjamin langkah-langkah tersebut akan diambil.
Menurut sumber Mesir, pihak AS mengusulkan bahwa jika Hamas setuju untuk membebaskan 11 atau lebih tawanan yang masih hidup, mereka dapat dibebaskan dalam dua tahap terpisah, dengan masing-masing tahap mencakup kewajiban bersama. Hanya setelah tahap kedua, negosiasi mengenai transisi penuh ke tahap gencatan senjata berikutnya akan dimulai.
Pembicaraan menemui jalan buntu
Pembicaraan masih menemui jalan buntu mengenai inti masalah mengakhiri perang. Hamas terus bersikeras pada komitmen tegas untuk gencatan senjata permanen, sementara Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu menolak untuk membuat janji tersebut.
Sumber Mesir mengindikasikan bahwa diskusi sedang berlangsung untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan saat ini, mungkin melalui usulan gencatan senjata jangka panjang yang dapat berkembang menjadi kesepakatan politik yang lebih luas.
Pemimpin kedua negara Arab yang memimpin upaya mediasi gencatan senjata, Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, bertemu di Doha pada Ahad (13/4/2025).
Sumber Mesir mengatakan Sisi telah meminta jaminan internasional tambahan untuk perjanjian gencatan senjata, di luar yang diberikan oleh Mesir dan Qatar sendiri.
Presiden AS Donald Trump, yang telah mendukung keputusan ‘Israel’ untuk melanjutkan operasinya dan menyerukan penduduk Palestina di Gaza untuk meninggalkan wilayah itu, mengatakan pekan lalu bahwa kemajuan sedang dicapai dalam memulangkan para tawanan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.900 warga Palestina telah tewas dalam serangan ‘Israel’, menurut otoritas kesehatan setempat. Jumlah tersebut tidak termasuk mereka yang hilang atau terjebak di bawah reruntuhan. (zarahamala/arrahmah.id)