KAIRO (Arrahmah.id) – Delegasi Hamas tiba di Kairo pada Kamis (8/2/2024) untuk melakukan perundingan baru dengan para pejabat Mesir dan Qatar mengenai gencatan senjata, setelah faksi Palestina dan “Israel” tidak setuju mengenai rincian proposal tersebut.
Dipimpin oleh wakil ketua Hamas Khalil al-Hayaa, delegasi tersebut bertemu dengan pejabat dari dinas intelijen Mesir dan faksi Palestina lainnya selama beberapa hari untuk melakukan pembicaraan yang akan mencakup diskusi mengenai Gaza pasca perang, surat kabar saudara Al -Araby Al-Jadeed melaporkan.
Para pejabat Mesir mengatakan bahwa perundingan baru ini bisa memakan waktu hingga sepuluh hari karena kesepakatan Paris asli yang dibuat oleh para pejabat AS, Mesir dan Qatar hampir dua pekan lalu tidak diterima secara keseluruhan oleh “Israel” atau Hamas.
Perdana Menteri“Israel” Benjamin Netanyahu dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan kabinet perangnya pada Kamis (8/2) untuk membahas amandemen Hamas. Pertemuan tersebut merupakan lanjutan dari kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Tel Aviv dan ibu kota regional lainnya.
Media “Israel” melaporkan pada Kamis (8/2) bahwa “Israel” tidak akan menyampaikan tanggapannya kepada Hamas sebelum Kamis malam (8/2).
Hamas menyatakan pihaknya terbuka terhadap kesepakatan yang mencakup, menurut rancangan yang dilihat oleh Al Jazeera, penghentian pertempuran dalam tiga tahap, dengan masing-masing tahap berlangsung selama 45 hari dan termasuk pertukaran perempuan dan anak-anak Palestina yang dipenjara di “Israel” dengan sandera di Gaza.
Kelompok Palestina juga menuntut diakhirinya pengepungan “Israel” di Jalur Gaza dan dimulainya rekonstruksi bangunan sipil.
Hamas menyatakan bahwa penghentian perang, termasuk penarikan pasukan “Israel”, harus diselesaikan sebelum dimulainya tahap kedua.
Pada Selasa (6/2), Hamas menyampaikan proposal yang telah diubah kepada mediator di Qatar dan Mesir, namun pada Rabu malam (7/2), “Israel” secara terbuka menolak kesepakatan tersebut, meskipun Amerika dan Qatar optimis bahwa kedua pihak akan mencapai kesepakatan.
Netanyahu, yang menyatakan tujuannya adalah untuk membubarkan Hamas, dengan tegas menolak persyaratan kelompok tersebut, dan menyebutnya sebagai “khayalan” pada konferensi pers pada Rabu (7/2).
“Tidak ada solusi lain selain kemenangan penuh dan final,” kata Netanyahu. “Jika Hamas bisa bertahan di Gaza, itu hanya masalah waktu sampai terjadinya pembantaian berikutnya.”
Perdana Menteri mengatakan bahwa “Israel” akan memperluas serangannya ke selatan menuju Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina mencari keselamatan mengikuti perintah militer “Israel” untuk mencari perlindungan di kota tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)