KABUL (Arrahmah.id) – Menteri Pertambangan dan Perminyakan (MoMP), Shahabuddin Delawar, mengatakan bahwa Imarah Islam Afghanistan berkuasa setelah perundingan-perundingan dalam negeri Afghanistan.
Dalam sebuah wawancara dengan Tolo News, Delawar mengatakan bahwa perangImarah Islam di Afghanistan sebelum runtuhnya Republik memaksa Amerika untuk bernegosiasi dengan Imarah Islam.
“Perang memaksa Amerika untuk bernegosiasi dengan kami. Perang, yang berarti Jihad, memaksa mereka untuk menemukan cara untuk menarik diri dari Afghanistan,” kata Delawar, seperti dilansir Tolo News (18/8/2023).
Dalam pernyataan reaksi yang dibuat oleh pihak berwenang Pakistan, pejabat senior Imarah Islam ini mengatakan bahwa Afghanistan bukanlah ancaman bagi negara manapun.
“Kami mengatakan kepada seluruh dunia, kami telah berjanji bahwa tanah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan siapa pun. Tidak ada bukti dalam hal ini,” kata Delawar lebih lanjut.
Delawar mengatakan bahwa Imarah Islam telah memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan pengakuan dan menuduh dunia menciptakan alasan untuk tidak mengakui pemerintah Afghanistan saat ini.
Menurut Delawar, dunia tidak menginginkan pemerintahan yang kuat di Afghanistan.
“Mereka berperang di sini selama 20 tahun, dan lawan yang berperang selama 20 tahun dan kalah telak tidak akan pernah menginginkan pihak lawan untuk maju dengan cepat. Tanpa menyebutkan pengakuan, tidak ada lagi kemungkinan bagi mereka untuk menghentikan Imarah Islam dan pembangunan Afghanistan,” kata sang menteri.
Meskipun Shahabuddin Delawar menolak berkomentar tentang tanggal pasti pembukaan kembali sekolah, ia menyebutkan bahwa pekerjaan masih dilakukan pada kurikulum pendidikan untuk anak perempuan di atas kelas enam. (haninmazaya/arrahmah.id)