CALIFORNIA (Arrahmah.com) – Seorang pria di California dengan sengaja menabrakkan mobilnya ke arah delapan pejalan kaki karena dia pikir beberapa dari mereka adalah Muslim, kata pemerintah setempat.
Isaiah Joel Peoples (34) menghadapi delapan tuduhan percobaan pembunuhan karena melukai delapan orang, termasuk seorang gadis berusia 13 tahun, setelah ia dengan sengaja membelokkan mobilnya ke arah para pejalan kaki.
Sebagaimana dilansir Associated Press, gadis remaja itu mengalami luka paling serius di antara korban lainnya dalam insiden tersebut. Ia kini masih berada dalam keadaan koma akibat luka benturan di otak yang parah.
Tiga orang dewasa lainnya juga masih dirawat di rumah sakit karena mengalami beberapa cidera dan patah tulang.
Jay Boyarsky, asisten kepala jaksa agung di Santa Clara, mengatakan bahwa tuduhan tersebut dapat membuat terdakwa dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara. Selain tuduhan pembunuhan, terdakwa juga harus menghadapi tuduhan kejahatan rasial.
“Ada bukti yang sangat jelas bahwa setidaknya para korban ini menjadi sasaran karena pandangan terdakwa tentang ras atau agama mereka,” katanya.
Phan Ngo, kepala Departemen Keamanan Umum Sunnyvale, mengatakan bahwa Peoples tidak menunjukkan penyesalan setelah mobilnya menabrak para korban.
“Dia menargetkan para korban berdasarkan ras mereka dan keyakinannya bahwa mereka adalah Muslim. Kami akan memberikan dukungan kepada keberagaman masyarakat kami,” tulisnya di Twitter.
“Tidak ada toleransi untuk kebencian rasial di masyarakat kami,” imbuhnya.
Don Draper, seorang saksi mata, berkata ketika dia menghampiri mobil Peoples setelah tabrakan tersebut, dia menemukan pengemudi itu bergumam, “Terima kasih, Yesus. Terima kasih, Yesus.”
Keluarganya mengatakan kepada Associated Press bahwa Peoples, yang merupakan mantan veteran perang Irak, mengalami gangguan jiwa dan stres setelah bertugas di Irak.
Pengacaranya, Chuck Smith, mengklaim bahwa kecelakaan itu sama sekali tidak disengaja. Ia mengklaim bahwa insiden tersebut merupakan “dampak dari gangguan mental yang diderita terdakwa”.
Menurut FBI, kejahatan rasial meningkat setidaknya 17 persen di Amerika Serikat pada tahun 2017, dengan 7.175 kejahatan rasial yang terdokumentasi. Di mana 15 kejahatan tersebut merupakan kasus pembunuhan.
Pusat Hukum Kemiskinan Selatan (SPLC) juga telah mendokumentasikan peningkatan tajam dalam insiden kebencian setelah pemilihan Presiden Donald Trump pada November 2016, dengan jumlah kelompok kebencian aktif memuncak pada level tertinggi sepanjang masa yaitu sebanyak 1.020 orang pada tahun 2018. (Rafa/arrahmah.com)