JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) membuka layanan konsultasi secara virtual terkait agama dan kesehatan bagi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 melalui Gerakan Nasional Majelis Ulama Indonesia (Gernas MUI) Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Wakil Ketua Gernas MUI, KH Cholil Nafis menjelaskan, layanan ini didasari hadirnya pandemi Covid-19 di Indonesia yang tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi berdampak pada kesehatan mental.
Kiai Cholil mengungkapkan, sejak adanya pembatasan sosial dan tingginya peningkatan kasus Covid-19 nyatanya-nyata menguji kesabaran dan kepatuhan masyarakat.
Kiai Cholil kemudian mengulas hasil kajian Universitas Oxford Inggris yang diterbitkan Jurnal The Lancet Psychiatry. Urai Kiai Cholil, ditemukan fakta bahwa satu dari lima penyintas Covid-19 mempunyai risiko besar terkena gangguan mental.
Dalam riset tersebut, lanjutnya, terungkap sebanyak 20 persen orang yang pernah terinfeksi Covid-19 mengalami gangguan kejiwaan dalam waktu 90 hari.
Beberapa gejala yang muncul dinyatakan sembuh, para penyintas Covid-19 mengalami kecemasan, depresi, dan insomnia.
Temuan ini, menurut dia, sejalan dengan survei Puslitbang Bimas Agama Dan Layanan Keagamaan Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama berjudul “Urgensi Layanan Agama di Masa Pandemi Covid-19”.
Riset Kemenag itu menyebutkan bahwa 55,1 persen respons setuju bahwa Covid-19 memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan.
Ia memandang selama pandemi ini, sendi-sendi kehidupan telah porak-poranda, termasuk rutinitas mengakses kajian, ceramah, dan tausiyah keislaman secara langsung tatap muka dengan ustadz yang barangkali biasa dilakoni dalam kondisi normal.
“Apalagi bagi mereka yang terpapar parah Covid-19. Kendala akses tentu lebih sulit lagi,” kata dia.
Meski demikian, di tengah kesulitan akibat dampak pandemi, Kiai Cholil juga menjelaskan bahwa 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.
Dari hasil riset Kemenag itu, kata Kiai Cholil, saat para pengidap Covid-19 menjalani isolasi mandiri, mereka melakukan berbagai aktivitas.
Data Kemenag, sebanyak 56,3 persen mendengar atau membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 persen dzikir/meditasi.
Diungkapkan Kiai Cholil, hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-keagamaan, selama menjalani pandemi
Survei Kemenag ini juga menemukan fakta masih sedikit layanan konsultasi psiko-spiritual (psikologi keagamaan) yang tersedia. Padahal, sebagaimana disebutkan, 87 persen memang betul-betul berupaya terhubung dengan para pemuka agama masing-masing.
Atas dasar itulah, kata Kiai Cholil, Gernas MUI menilai perlu adanya layanan pendampingan terhadap umat agar tetap kuat dan tangguh dalam menghadapi pandemi ini.
Kiai Cholil yang juga sebagai Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah ini, menjelaskan kehadiran Gernas MUI bukan hanya untuk membantu masyarakat berupa program jaringan pengamanan sosial dan kebutuhan pokok, melainkan berupa layanan keagamaan dan kesehatan.
Karenanya, Gernas MUI pada Jumat, (5/8/2021) meluncurkan program baru “Salam MUI”.
“Program ini merupakan layanan konsultasi keagamaan dan kesehatan secara virtual atau telekonseling bagi masyarakat yang hendak konsultasi keagamaan dan kesehatan berkenaan dengan pandemi Covid-19,” ujar Kiai Cholil.
Kiai Cholil mengimbau kepada masyarakat yang ingin berkonsultasi keagamaan Islam dan kesehatan berkenaan dengan Covid-19 bisa menghubungi melalui Whatsapp Center: 081219519529 (Telkomsel) atau 085880096960 (Indosat). Bisa juga melalui email: [email protected].
“Layanan WA dan email dibuka 24 jam dan konsultasi langsung sesuai jadwal yang disepakati dengan pakar,” ujar dia.
(ameera/arrahmah.com)