Jakarta (Arrahmah.com) – Sebagaimana yang diberitakan detik.com (Rabu, 17/02), saksi ahli pemohon kasus penghapusan UU Penodaaan Agama, Luthfie Assyaukanie menilai kasus Lia Eden sama dengan awal penyebaran Islam oleh nabi Muhammad SAW.
“Apa yang dilakukan oleh Lia Aminudin, sama seperti yang dilakukan Nabi Muhammad. Kesalahan Lia sama dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad waktu munculnya Islam,” kata Luthfi Assyaukanie dalam sidang MK di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu, (17/2/2010).
Penyataan Luhfie membuat suasana sidang di MK memanas. Pihak terkait dari Muhammadiyah, NU, MUI, DDII pun sontak langsung mengajukan keberatan dan pertanyaan. “Munafik!” teriak massa dari balkon sidang.
Dalam penjelasan tambahannya saat meminta maaf, Luthfi mengatakan mengaku bahwa kata menyamakan kesalahan antara Lia Eden dan Nabi Muhammad merupakan contoh ekstrem. Menurut dia, awalnya Islam salah menurut orang Quraisy. Muhammad lalu dikejar-kejar oleh kelompok mayoritas. Hal ini sama dengan sekarang, Lia Eden. “Kami cuma mau memberikan contoh yang ekstrem,” kilahnya.
Pernyataan Luthfi seperti ini jelas merupakan penghinaan terhadap Rosulullah saw. Memang benar Rosulullah saw pada awalnya dikejar-kejar oleh kolompok mayoritas di Makkah. Tapi menyamakan dengan posisi Lia Eden adalah keliru besar. Rosulullah SAW mengalami penindasan karena memperjuangkan yang ajaran dan risalah hak yakni dinul Islam yang bersumber dari Allah SWT. Rosulullah SAW juga ditindas oleh pemimpin kafir Quraisy yang kejam dan jahiliyah.
Tentu saja sangat berbeda dengan Lia Eden, yang membawa ajaran batil dengan menganggap dirinya malaikat jibril yang menyampaikan wahyu. Lia juga mengaku sebagai Imam Mahdi, pemimpin yang dijanjikan akan muncul menjelang hari Kiamat. Karena itu, Lia pun membaiat Ahmad Mukti, salah seorang di antara empat anaknya, menjadi Nabi Isa.
Bukan kali ini para dedengkot JIL mengeluarkan pernyataan yang menghina Islam. Salah satu dedengkot JIL Ulil Abshor Abdallah pernah menyatakan “Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar.” (Majalah GATRA, 21 Desember 2002).
Dedengkot JIL lain seperti Sumanto pernah menyamakan Rosulullah SAW dengan orang-orang kafir sepert Ghandi, Romo Mangun dan Bunda Teresa. “Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain, Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir!” (Sumanto Al Qurtuby, Lubang Hitam Agama, Rumah Kata, Yogyakarta, 2005, hal. 45).
Wajar kalau mereka menginginkan agar UU Penodaan agama dihilangkan, agar mereka dengan bebas menghina Islam dan Rosulullah saw. Selama ini mereka menyatakan UU penodaan agama menimbulkan ketidaktenangan masyarakat, bukankah pernyataan mereka yang keji inilah yang menimbulkan kemarahan umat. (Mh/Mediaumat.com)