SOLO (Arrahmah.com) – Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia (DDII) menggelar Road Show peduli Dakwah Pedalaman Nusantara dengan rangkaian acaranya yaitu menghadirkan para juru dakwah (da’i) DDII yang di kirim ke seluruh pelosok Nusantara.
Dari Road Show tersebut, da’i-da’i yang bertugas di pedalaman Nusantara tampak memikul tanggung jawab besar, amanah dan tantangan yang tak mudah. Belum lagi halangan, rintangan dan ancaman dalam berdakwah kedalam pelosok negeri yang mana desa tersebut dihuni masyarakat mayoritas Kristen (Kafir) yang dihadapinya tak jarang bisa merenggut nyawa diri sendiri.
Menurut penuturan, salah seorang da’i yang bertugas di pedalaman Pulau Nias Sumatra Utara, sejak tahun 1935 hingga kini belum ada masjid yang didirikan. Ironisnya, letak rumah kaum muslimin satu dengan kaum muslimin desa lainnya antara 7 hingga 12 kilometer. diapun menambahkan bahwa dalam satu desa, bahkan ada yang hanya 1 orang muslim saja.
“Jarak desa itu berjauhan, 7 hingga 12 kilometer, sehingga kalau kami hendak melaksanakan sholat jum’at juga pengajian TPA, saya harus jemput satu persatu untuk sholat berjama’ah di rumah salah satu warga. Padahal ada 12 desa, itu pun dengan motor pinjaman dan sekarang sudah diminta kembali oleh pemiliknya“, tutur Ustadz Triartoro saat mengisahkan pengalamannya dalam kajian Jum’at Pagi beberapa waktu lalu (27/7) di Masjid Fauziah Al Mukmin Ngruki Sukoharjo.
lanjutnya, tak jarang bila ada orang “seberang” (maksudnya orang Nias adalah orang yang berasal dari luar Nias-red) yang masuk dan menetap di Pulau Nias akan “diguna-guna” (disantet) bila hendak membuat “Onar” (maksudnya menyebarkan Islam) didaerah tersebut. Teror dan ancaman santet pernah pula ia alami pada saat mem-foto copy makalah pengajian TPA yang akan dibagikan kepada santri dan masyarakat Muslim.
Perlu diketahui bersama bahwa mayoritas penduduk Pulau Nias mayoritas adalah Kristen. Bahkan binatang-binatang yang halal pun seperti ayam, kambing dan yang lainnya tidak ada sama sekali. Hal ini lah yang mendorongnya untuk mencanangkan tebar makanan halal dan ternak binatang halal seperti ayam, kambing dan sapi di Pulau Nias.
Ustadz Aris Munandar Al-Fattah, Lc. yang juga salah satu pengurus dan da’i di DDII Jawa Tengah menuturkan bahwa pengiriman da’i kepelosok Nusantara telah dilakukan sejak kepemimpinan KH. Mohammad Natsir pendiri DDII sekaligus pembesar Partai Masyumi.
Da’i yang niasa disapa Ustadz Aris ini menjelaskan, sebetulnya banyak sekali program yang dilakukan DDII, misalnya Da’i Ku Datang Desaku Terang, yaitu salah satu program listrik masuk pedalaman yang di pelopori para da’i DDII yang di tugaskan.
Ia juga membenarkan bahwa perlu adanya dukungan masyarakat khususnya umat islam dalam pelaksanaan da’wah di pedalaman, sebab kendala yang biasanya di perlukan oleh para da’I dipedalaman adalah sarana transportasi, dan hal ini memang selama ini yang menjadi kendala utama.
“Transportasi adalah keperluan pokok, karena biasanya jarak desa satu dengan yang lainnya sangat jauh. Dan untuk mendirikan sholat, da’i harus menjemput dari desa kedesa begitupun saat TPA”, pungkasnya.
Bagi kaum muslimin yang berkeinginan membantu dakwah para da’I DDII yang ada dipedalaman Nusantara bisa menyalurkannya melalui LAZIS Dewan Da’wah Jawa Tengah Jl. Pabelan Baru I, No. 77 Pabelan Kartasura Solo Jawa Tengah 57162 dengan menghubungi Habib Ismail, SE. Manager IDC & LAZIS DDII Jawa Tengah dengan nomor 081 329 333 094 / 087734 893 978 atau kantor DDII yang terdekat dikota Anda. (bilal/FAI/arrahmah.com)