INGGRIS (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Inggris, David Cameron menjadi kebingungan atas kasus Syaikh Abu Qatadah Al-Filistini hafizhahullah, dia dianggap telah membuat kebohongan.
Cameron mengklaim dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (22/4/2012) bahwa Pengadilan HAM Eropa memberitahu Departemen Dalam Negeri – yang mengurus Imigrasi dan Paspor – mengenai batas waktu untuk Abu Qatadah mengajukan banding atas rencana deportasinya berakhir hingga tengah malam Senin (16/4) lalu, seperti yang dilansir Daily Mail.
Klaim Cameron itu telah mengejutkan Departemen Dalam Negeri dan memicu tuduhan bahwa dia berbohong, mendesak Cameron untuk melacak kembali kebenarannya.
Pengadilan menetapkan bahwa batas waktu pengajuan banding untuk Abu Qatadah adalah pada tengah malam hari Selasa (17/4) lalu.
Kebingungan Cameron menjadi lelucon politik, karena pihak pembela Abu Qatadah telah mengajukan banding pada hari Selasa dimana waktu deadline yang sebenarnya ditetapkan, yang seharusnya akan menahan Abu Qatadah tetap tinggal di Inggris selama 18 bulan kedepan.
Pada hari Selasa (17/4) Teresa May, sekretaris Negara Inggris, mengeluarkan perintah untuk menangkap kembali Abu Qatadah tidak ada pengajuan banding dari Abu Qatadah ke SIAC (Komisi Banding Imigrasi Khusus) telah terlewat.
Cameron dan May termasuk pihak yang paling mendesak ekstradisi Abu Qatadah ke Yordania. Bahkan Cameron mengatakan “Kadang-kadang, saya berharap saya dapat menempatkannya (Abu Qatadah) ke pesawat dan membawanya ke Yordania sendirian,” kata Cameron pasrah, dikutip Daily Mail (19/4). Menunjukkan bahwa dia hampir putus asa untuk mecapai keinginannya. (siraaj/arrahmah.com)