JAKARTA (Arrahmah.com) – WikiLeaks kembali membocorkan memo diplomatik Indonesia melalui dokumen-dokumen milik pemerintah Amerika Serikat, China, dan Australia. Data-data tersebut termasuk soal reformasi TNI, pertumbuhan ekonomi, demokrasi, dan terorisme di Indonesia.
Menanggapi hal itu, pengamat Hukum Internasional Hikmahanto Juwana menilai masyarakat jangan lantas percaya begitu saja berita tersebut. Terlepas dari benar atau tidaknya bocoran memo dipomatik tersebut, publik Indonesia diimbau tidak terburu-buru dalam menanggapi.
“Perlu ada konfirmasi yang jelas dan akurat kepada pemerintah Amerika dan China,” kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, di Jakarta, Rabu (15/12/2010).
Selain itu, Hikmahanto menilai data-data yang dipaparkan masih miskin konteks karena berbasis analisis mentah. “Di mana belum ada sinergi yang kongkret dari pemerintah AS dan China dalam mendorong demokratisasi di Indonesia sebagai sebuah kebijakan bersama,” kata dia.
Mengenai kepuasan Australia atas kinerja pemerintah, menurut dia, konstituen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah rakyat Indonesia. “Seharusnya sikap puas atas pemerintahan SBY ini datangnya dari rakyat Indonesia bukan dari pemerintah Australia,” tuturnya.
Guru Besar Universitas Indonesia ini menilai ketakutan adanya intervensi asing terhadap Indonesia bukanlah substansi utama. Namun, menurut dia, bagaimana pemerintah AS, Australia, dan China dapat bersinergi dalam membuka pangsa pasar internasional agar mampu meningkatkan investasi di Indonesia. “Ini yang penting,” katanya.
Dalam memo pemerintah Amerika Serikat terungkap, pejabat Kementerian Luar Negeri Australia untuk Urusan Asia Tenggara, Peter Woolcott, menggambarkan situasi politik di sejumlah negara tetangga pada saat itu sedang “kacau” (messy). Negara-negara yang dimaksud adalah Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Burma (Myanmar).
Namun, penilaian sebaliknya dilontarkan Wollcott atas Indonesia. “Situasi di Indonesia -yang merupakan mitra paling penting Australia di kawasan- berlangsung ‘sebaik yang bisa didapatkan,'” kata Woolcott dalam memo yang dikutip Sydney Morning Herald. (viva/arrahmah.com)